Pemimpin Hong Kong: Demontrasi 'Revolusi Payung' Berakhir

Para aktivis pro-demokrasi mengatakan mereka akan kembali turun ke jalan setelah polisi membersihkan lokasi demonstrasi terakhir.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 16 Des 2014, 11:47 WIB
Diterbitkan 16 Des 2014, 11:47 WIB
 Leung Chun-Ying, Pemimpin Hong Kong. (Reuters)
Leung Chun-Ying, Pemimpin Hong Kong. (Reuters)

Liputan6.com, Hong Kong - Pemimpin eksekutif Hong Kong Leung Chun-Ying menyatakan demonstrasi pro-demokrasi telah berakhir. Padahal, para aktivis 'revolusi payung' telah menyatakan akan kembali turun ke jalan setelah polisi membersihkan lokasi demonstrasi yang telah berlangsung unjuk rasa selama lebih dari 10 minggu.

"Kegiatan pendudukan secara ilegal itu telah berakhir, dan mengakibatkan Hong Kong menderita kerugian sangat besar, dalam sektor ritel dan pariwisata," ungkap Chun-Ying seperti dikutip dari VOA News, Selasa (16/12/2014).

Leung menyampaikan pernyataan itu setelah polisi membersihkan tenda-tenda demonstran pada ruas jalan di Causeway Bay dan menangkap lebih dari 10 aktivis yang menolak meninggalkan lokasi demonstrasi, meski telah berulangkali diberi peringatan. Tidak ada laporan tentang terjadinya aksi kekerasan.

Saat proses itu dilakukan, masih terdengar sekelompok kecil demonstran meneriakkan kata 'kami akan kembali', dan menyerukan kepada Leung untuk mengundurkan diri.

Aktivis pro-demokrasi Hong Kong Kenneth Chan termasuk diantara mereka yang ditangkap di Causeway Bay hari Senin 15 Desember.

Causeway Bay adalah lokasi demonstrasi terkecil dari tiga lokasi yang didirikan para demonstran pada akhir September, untuk menuntut supaya Beijing mengijinkan pemilihan umum demokratis di Hong Kong pada tahun 2017. China mengatakan seluruh calon harus melewati proses pemeriksaan dan menolak tuntutan para demonstran.

Unjuk rasa massal itu dimulai pada September lalu oleh kelompok mahasiswa maupun pegiat dari kelompok yang menamakan Occupy Central. Keadaan di Hong Kong berubah menjadi mencekam setelah ribuan demonstran menyerbu pusat kota untuk melancarkan demo menuntut diberikannya demokrasi yang lebih luas.

Kondisi terus memburuk saat kepolisian setempat memutuskan mengambil tindakan represif sehingga menyebabkan puluhan korban luka. (Tnt/Mut)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya