Liputan6.com, London - Hadean, Perm, Trias, Jura, Kapur, dan seterusnya..., usia Bumi yang mencapai 4,5 miliar tahun dibagi dalam skala waktu geologi yang menjelaskan saat dan hubungan antar peristiwa luar biasa yang terjadi pada tiap periodenya.
Dan kini, kita telah memasuki zaman yang disebut Anthropocene -- sebuah periode geologis baru yang menandai "Age of man" atau eranya manusia. Perubahan Bumi tak lagi secara alami, namun digerakkan oleh makhluk Homo sapiens yang luar biasa: kita.
Baru-baru ini, sejumlah ilmuwan berpendapat, Zaman Anthropocene dimulai pada tahun 1610.
Para ahli tersebut meyakini, kedatangan orang-orang Eropa ke Benua Amerika memiliki dampak yang tak terbayangkan pada planet ini. Menandai sebuah era baru. Temuan tersebut dipublikasikan dalam jurnal ilmu pengetahuan Nature.
Sebaliknya, ilmuwan lain berpendapat, revolusi industri atau uji nuklir pertama menjadi sinyal permulaan yang tepat bagi Anthropocene. Ada juga yang berpendapat, kapan pastinya zaman baru tersebut hanya bisa ditentukan berdasarkan pengaruhnya pada masa ribuan atau jutaan tahun kemudian.
Sekelompok ilmuwan internasional yang bergabung dalam Anthropocene Working Group saat ini sedang mengkaji bukti-bukti dan akan mengumumkan hasil temuan mereka tahun depan.
'Golden Spike'
Para ahli geologi menggolongkan sejarah Bumi berdasarkan periode-periode yang merefleksikan perubahan signifikan terhadap planet ini -- misalnya hasil pergerakan benua, benturan dahsyat asteroid, atau perubahan iklim yang besar.
Secara resmi, kita berada di Era Holosen (Holocene). Yang berawal lebih dari 11.500 tahun lalu, setelah Zaman Es berakhir. Belakangan, para ilmuwan berpendapat, manusia telah mengubah Bumi secara drastis. Menjadi Anthropocene.
Untuk menentukan awal mula era yang baru itu, para ahli geologi mencari bukti empiris yang dideskripsikan sebagai 'golden spike' (paku emas), yang mungkin terkandung dalam batuan, sedimen, atau, es.
"Kami mencari golden spike itu --- penanda waktu yang nyata yang bisa menunjukkan bahwa Bumi telah berubah," kata Profesor Mark Maslin, salah satu penulis dari University College London (UCL), seperti dikutip dari BBC, Kamis (12/3/2015).
"Jika Anda melihat ke belakang, keseluruhan skala waktu geologi yang luar biasa, kita telah mendefinisikan hampir setiap batasannya dengan cara itu."
Studi menyarankan, salah satu golden spike yang diduga mengawali Zaman Anthropocene adalah pada 1610: kedatangan orang-orang dari Eropa ke Amerika.
"Perdagangan global yang luas di masa itu memindahkan spesies ke tempat-tempat berbeda," kata Dr Simon Lewis, juga penulis studi dari UCL.
"Jagung dari Amerika Tengah ditanam di Eropa Selatan, Afrika, dan China. Kentang dari Amerika Selatan ditumbuhkan di Inggris, kemudian ke seantero Eropa, lalu ke China. Begitu juga dengan spesies lain: gandum datang ke Amerika Utara dan gula ke Amerika Selatan -- terjadi pertukaran spesies di seluruh dunia," kata dia.
"Kita melihat lompatan spesies antarbenua, yang dampak geologisnya tak pernah dialami sebelumnya, menjadikan Bumi berada di lintasan evolusi baru."
Serbuk sari kuno yang ditemukan di sedimen-sedimen tanah, menyediakan catatan perubahan signifikan pada Bumi.
Namun, para ilmuwan mengatakan, ada golden spike lain, yang terkait dengan penyakit mematikan yang dibawa ke Amerika, dari Eropa.
"Lebih dari 50 juta orang di Amerika tewas, dan kebanyakan dari mereka adalah petani," demikian Dr Lewis kepada program Science in Action BBC.
Akibat kematian massal itu, "lahan pertanian kembali ke vegetasi aslinya -- hutan tropis, hutan kering atau sabana. Dan sekitar setengah berat kering pohon adalah karbon. Pepohonan yang tumbuh menghapus karbon dari atmosfer."
Konsentrasi karbondioksida dalam atmosfer terekam dalam inti es. "Ini memberikan penanda yang tepat bahwa Anthropocene bermula pada 1610, titik terendah CO2 dalam catatan inti es pada saat itu."
Para peneliti juga mengatakan tanggal lain untuk zaman baru, yakni tahun 1964. Ketika itu tes nuklir tahun 1940-an, 1950-an, dan awal 1960-an berakhir setelah larangan diberlakukan.
Saat uji coba nuklir marak dilakukan, ada lonjakan karbon radioaktif di atmosfer. Setelah dihentikan, terjadi penurunan yang sangat tajam.
Namun, Profesor Maslin mengatakan, meski sinyal sangat tajam, radioaktivitas tidak terkait dengan perubahan besar lainnya yang terjadi pada waktu itu.
"Pada pertengahan 1960-an, ada perubahan besar, yang disebut 'percepatan besar' (great acceleration) -- di mana penduduk Bumi meningkat 2% per tahun, ada perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya di bidang pertanian dan produksi pangan," kata dia.
Mengomentari penelitian tim UCL, Dr Jan Zalasiewicz, dari University of Leicester, yang memimpin Anthropocene Working Group, menyebutnya sebagai ide yang menarik.
Manurut Zalasiewicz, perdebatan terkait kapan persisnya Anthropocene bermula, adalah perkembangan yang positif. Yang bisa membantu kinerja Anthropocene Working Group. "Pendapat yang menyebut hal itu terjadi pada 1610 secara jelas merefleksikan peristiwa penting dalam sejarah. Namun, saya pikir, masih dibutuhkan bukti pendukung apakah kriteria yang mereka usulkan lebih tepat daripada sejumlah sinyal yang sekarang diketahui terkait dengan 'percepatan besar' pada pertengahan Abad ke-20. (Ein/Tnt)
Advertisement