Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengaku kecewa dengan lambannya penanganan pencarian 21 warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) di kapal Taiwan Hsiang Fu Chien yang dilaporkan hilang di Samudera Atlantik, beberapa hari lalu. Menurut dia, koordinasi dengan pemerintah terkait, terkendala karena lambatnya informasi yang disampaikan oleh otoritas Taiwan.
"Mengenai nasib warga kita di kapal Taiwan. Sekali lagi kita lakukan pertemuan, koordinasi dengan otoritas Taiwan, kita sampaikan kekecewaan dan concern kita terhadap lambannya info dan penanganan yang dilakukan oleh otoritas Taiwan," ujar Retno di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (13/3/2015).
"Mereka sadari adanya keterlambatan ini dan mereka minta maaf atas lambannya info yang disampaikan kepada negara para ABK, dan secepat mungkin akan memberikan perkembangan dan informasi bila ada perkembangan," lanjut dia.
Dari pertemuan yang telah digelar dengan pihak Taiwan, Retno mengatakan, pemerintah setempat berupaya melakukan pencarian secepat mungkin di wilayah yang dideteksi sebagai tempat tenggelamnya kapal, termasuk adanya upaya permintaan bantuan pencarian kepada kapal-kapal dari negara tetangga.
"Taiwan akan kerahkan semua kapal berbendera Taiwan yang berada di tempat yang diperkirakan kapal itu hilang kontak untuk bantu pencarian. Dan Taiwan juga minta bantuan kepada Argentina untuk bantu cari, dan menurut info pemerintah Argentina sudah setuju membantu pencarian‎," terang Retno.
‎
Selain mendesak agar upaya pencarian, Retno mengaku pihaknya bersama dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) tengah memperjuangkan hak-hak yang harus diperoleh oleh para ABK tersebut setelah ditemukan nanti. Â
‎"Kita pastikan semua hak ABK kita dipenuhi, dan dalam hal ini, dari perusahaan kapal juga sudah sanggupi untuk memenuhi semua hak ABK. Para agency juga sudah mengiyakan akan memenuhi hak para ABK kita," ucap Retno.
Sebanyak 21 WNI yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) di kapal Taiwan dilaporkan hilang. Kapal tersebut berlayar dari Falkland Island ke Taiwan. Rencananya, kapal akan tiba di Taiwan pada Mei 2015.
Namun, ketika berada di lautan lepas Atlantik kapal itu sudah tak terlacak hilang dari kendali radar. ‎
"Kita dapat informasi ada kapal Taiwan beratnya 700 ton hilang di Atlantik Selatan terakhir kontak dengan pemilik kapal tanggal 26 pukul 3 sore," ujar ‎Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal. ‎(Alv/Ans)
Menlu Kecewa dengan Lambannya Pencarian 21 ABK Taiwan
Taiwan juga minta bantuan Argentina untuk turut membantu pencarian.
diperbarui 13 Mar 2015, 15:17 WIBDiterbitkan 13 Mar 2015, 15:17 WIB
Setelah berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, pun tak ada tanda-tanda puing kapal atau sisa kapal yang mengambang.... Selengkapnya
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Cara Merebus Daun Alpukat untuk Darah Tinggi, Diminum 2 Kali Sehari
Pelantikan Pramono-Rano Karno Ditunda, Brando PDIP: Merugikan Masyarakat
Catatan Inspiratif Razzan Saleh, Kreator Muda yang Maksimalkan Bisnis lewat Medsos
Seminggu Bersihkan Sungai Citarum, Pandawara Group Berhasil Angkut 351,4 Ton Sampah
Hasil BRI Liga 1 Madura United vs Persis Solo: Menang 2-0, Laskar Sape Kerrab Tinggalkan Posisi Buncit
Kemnaker Masih Lakukan Kajian Perusahaan yang Tak Mampu Bayar Terkait THR 2025
Daftar Layanan Kesehatan yang Ditanggung BPJS, Peserta Bisa Manfaatkan Seumur Hidup
Kapolri Tunjuk Brigjen Agus Suryonugroho Jadi Kakorlantas, Gantikan Irjen Aan Suhanan
8 Ciri Tersembunyi Orang yang Sangat Kesepian, Adakah di Dirimu?
VIDEO: Datangi KPK, Abraham Samad dan Aktivis Laporkan Dugaan Korupsi PSN di PIK 2
Puasa Sunnah Bulan Syaban, Yuk Simak Keutamaannya Sebelum Masuk Ramadan
Ruben Amorim Mau Tukar Garnacho dengan Pemain yang Bisa Bikin Manchester United Turun Kasta di Liga Inggris