Liputan6.com, Karachi - Hari itu, 5 September 1986, pesawat Pan American World Airwayds Boeing 747-121 baru saja tiba di Bandara Internasional Jinnah Karachi, Pakistan setelah menempuh perjalanan beberapa jam dari Bandara Internasional Sahar, Mumbai, India.
Kapal terbang komersial itu rencananya akan terbang lagi menuju Bandara Frankfurt, Jerman. Namun rencana gagal total. Terjadi Pembajakan pesawat yang mengakibatkan 20 orang tewas dan sekitar 150 orang terluka.
4 Orang bersenjata masuk dengan beringas ke dalam pesawat. Dengan mengenakan pakaian petugas bandara, mereka mulai melancarkan aksinya, mengancam para penumpang dan kru pesawat. Senjata api ditembakkan ke penumpang yang jumlahnya mencapai 390 orang, saat malam makin larut.
Advertisement
Tak hanya pistol, para pelaku juga membawa senjata tajam lainnya, termasuk bahan peledak yang membuat penumpang sangat ketakutan. Suasana begitu mencekam.
Sementara itu, kru pesawat buru-buru menghubungi petugas terkait dan mencoba mencari pintu keluar alternatif. Pilot dan beberapa penumpang berhasil keluar dari pesawat dan selamat dari pembajakan.
Mengetahui hal itu, para pelaku semakin beringas. Salah satu pembajak, Zayd Safarini di antaranya berteriak meminta pilot pengganti untuk mengantar mereka ke Cyprus. Tujuan mereka ke negara tersebut untuk menyelamatkan teman yang menjadi tahanan.
"Saat itu, sangat menakutkan. Ketika itu, saya tidak tahu pasti berapa banyak yang tewas dan terluka. Yang pasti ada korban," ujar seorang penumpang yang selamat, David Jodice, seperti dimuat BBC.
Safarini si pembajak kemudian mendekati kursi salah satu penumpang, yang merupakan warga California Amerika Serikat keturunan India Rajesh Kumar. Si pembajak menodong pistol ke kepala korban dan mengancam akan membunuhnya jika permintaannya tak dipenuhi.
Beberapa menit menunggu, permintaan pembajak untuk mendapat pilot baru tak juga kunjung dipenuhi. Lantaran tak sabar, Safarini melepaskan peluru pistolnya ke kepala Kumar. Korban yang terluka parah kemudian dipindahkan secara kasar oleh Safarini. Kumar langsung dilarikan ke rumah sakit. Namun kemudian meninggal.
Penyanderaan belum selesai. Safarini cs terus beraksi. Melontarkan ancaman, bernegosiasi agar permintaannya dikabulkan. Langit mulai gelap. Memasuki malam, energi listrik di pesawat padam. Tak ada lagi pasokan listrik tambahan yang menyebabkan gelap di dalam pesawat.
Para pelaku semakin geram. Senjata api kembali ditembakkan. Mereka juga mengeluarkan granat ke arah para penumpang. Korban tewas dan luka pun bertambah. Sementara penumpang lain yang beruntung, ketika itu berhasil melarikan diri. Pada akhirnya, aparat berhasil membekuk para pembajak. Beberapa pelaku diketahui tewas dalam baku tembak dengan petugas.
Dalam lansiran BBC, setelah kejadian, kelompok the Libyan Revolutionary Cells dan the Jundallah (Soldiers of God) dikabarkan mengaku bertanggung jawab atas pembajakan tersebut. Versi lain melaporkan, pelaku berasal dari kelompok Abu Nidal.
2 Tahun kemudian, aparat berhasil membekuk 5 orang yang diduga terkait pembajakan di Karachi tersebut. Dalam persidangan, hakim menjatuhkan hukuman mati kepada kelima terdakwa. Namun kemudian hukuman diperingan menjadi penjara seumur hidup.
Pemerintah Pakistan kemudian membebaskan pemimpin aksi pembajakan pesawat, Zaid Hassan. Namun ia kemudian ditangkap aparat Amerika Serikat dan dijatuhi hukuman 160 tahun penjara. Sementara 4 pelaku lainnya mendekam seumur hidup di penjara Pakistan.
Sejarah lain mencatat pada tanggal 5 September 2005, pesawat Mandala Airlines Penerbangan 91 jatuh sesaat setelah lepas landas dari Bandara Polonia, Medan, Indonesia; 99 orang tewas di udara, sedangkan 44 orang menjadi korban jiwa di darat. Sementara itu, pada 5 September 1877, banjir besar akibat meluapnya Sungai Kuning di Tiongkok terjadi, dan mengakibatkan sekitar 900.000 jiwa tewas. (Ali/Nda)