Mantan PM Inggris Tony Blair: Soal Irak, Saya Minta Maaf

Namun, susah bagi Blair untuk meminta maaf atas penggulingan rezim Saddam Hussein.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 25 Okt 2015, 17:11 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2015, 17:11 WIB
Tony Blair
Tony Blair bercerita mengenai pengalamannya selama dua periode menjadi Perdana Menteri di Inggris kepada Jokowi (Abnxcess.com)

Liputan6.com, London - Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair mengatakan maaf atas kesalahan yang dia lakukan atas keikutsertaan Inggris mengekor Amerika Serikat menginvasi Irak pada 2003. Namun, ia tidak menyesal telah turut menggulingkan diktaktor Saddam Hussein.

"Saya boleh bilang, saya minta maaf atas fakta yang salah yang telah kami terima dari intelijen. Meskipun Sadam pakai senjata kimia untuk rakyatnya atau yang lain, ternyata apa yang dia lakukan tidak seperti yang kami pikirkan," ungkap Tony Blair dalam sebuah wawancara khusus dengan CNN, Minggu (25/10/2015).

Ungkapan tersebut merujuk pada klaim bahwa rezim Saddam memiliki senjata pemusnah massal, yang menjadi dasar bagi pemerintah AS dan Inggris untuk mengambil tindakan  menginvasi Irak. Namun, laporan intelijen itu terbukti salah.

Perang dan penggulingan pemerintah Saddam telah membuat Irak terpuruk dalam kekacauan, menghasilkan tahun-tahun kekerasan antar suku yang mematikan, dan yang paling mengerikan, menghasilkan Al Qaeda, serta ISIS. Puluhan ribu rakyat Irak, lebih dari 4 ribu prajurit AS dan 179 tentara Inggris tewas dalam konflik yang berkepanjangan itu. Saddam dieksekusi mati dengan cara digantung pada hari Idul Adha tahun 2006.

Pencetus perang adalah mantan sekutunya, Presiden George W. Bush, mantan presiden AS. Blair menemukan warisan perang Bush membawanya berbagai kritikan dan pernyataan kemanapun mantan orang nomor 1 Inggris itu pergi.

Pun di Amerika Serikat sendiri, peninggalan Bush yang memutuskan untuk perang di Irak, telah membawa isu besar di antara para kandidat presiden AS pemilihan presiden tahun 2016.

Blair mengatakan bahwa selain 'kekonyolan' informasi atas Irak, ia juga meminta maaf atas hilangnya suatu rezim. "Banyak kesalahan dalam rencana, dan tentu saja, kesalahan kami untuk memahami apa yang terjadi, saat kau menghapus sebuah rezim," ujar Blair.

Kendati demikian, ia tidak menyesali telah menggulingkan Saddam.

"Susah buat saya meminta maaf karena telah menggulingkan Saddam. Saya pikir, meski sudah 2015, lebih baik ia tidak ada di Irak," kata Blair lagi.

Cikal Bakal Al Qaeda dan ISIS

Saddam terkenal dengan kekejaman menghadapi rakyatnya sendiri selama lebih dari 3 dekade memerintah. Saddam meluncurkan perang terhadap tetangganya sendiri yaitu Iran dan Kuwait. Ia juga dilaporkan menggunakan senjata kimia kepada kaum Kurdi di Utara Irak. 

Namun, hingga kini, Irak pun masih dilingkupi peperangan antarsuku dan kini harus menghadapi ancaman ISIS dan ekstrimis grup dari Sunni Muslim.

Tony Blair juga mengakui bahwa kesalahannya menjajah Irak telah melahirkan kekuatan ISIS.

"Tentu saja, tidak bisa dikatakan kami yang menggulingkan Saddam pada 2003 tidak punya tanggung jawab atas situasi di tahun 2015. Tapi penting disadari, Arab Spring yang terjadi tahun 2011 kemungkinan juga berpengaruh pada Irak hari ini, dan dua, ISIS punya pangkalan yang kuat di Suriah, bukan Irak," tegas Blair.

Lebih luas lagi, kata Blair, debat kebijakan atas intervensi Barat tetap mengambang.

"Kami telah berusaha untuk intervensi dan kurangi pasukan di Irak, kami juga telah mengintervensi tanpa menerjunkan pasukan di Libia, dan kami juga untuk tidak turut campur namun meminta rezim berganti di Suriah," ujar Blair.

"Namun, buat saya tidak jelas, kendati kebijakan kami tidak berjalan, setidaknya kebijakan pengganti yang sejalan bisa bekerja dengan baik," kata Blair.

Keputusan Blair mengikutsertakan Inggris dalam perang di Irak dikecam banyak pihak. Kesalahan intelijen sertainvasi negara itu dianggap kejahatan perang. Pemimpin oposisi Inggris, Jeremy Corbyn, bahkan mengatakan Blair harus diadili atas kejahatan ini.

Ditanya soal tuduhan itu, Blair berdalih bahwa itu adalah keputusan yang tepat saat itu.

"Sekarang, apakah itu salah atau tidak, semua orang bisa dengan mudah mengeluark pendapat mereka tentang hal itu," jelas Blair. (Rie/Mut)

Baca juga: 

Harga Mahal Perang Irak Maret 2003-Juni 2011: 461.000 Orang Tewas

Obama Tandai Berakhirnya Perang Irak

Blair Tutup Telinga soal Invasi Irak

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya