Paspor Suriah Ditemukan di Dekat Mayat Bomber

Namun, di pasar gelap mudah ditemukan paspor Suriah dan harganya tak lebih dari US$ 1.000

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 14 Nov 2015, 22:46 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2015, 22:46 WIB
20151114-teror-paris-bataclan
Petugas pemadam kebakaran menolong korban serangan di dekat Gedung Konser Bataclan. (Reuters)

Liputan6.com, Paris - Menyusul serangkaian serangan mematikan di Paris pada Jumat 13 November 2015, polisi menemukan sebuah paspor milik warga negara Suriah yang tercecer dekat mayat salah satu pelaku bom bunuh diri di stadion Stade de France.

Hal itu dikemukakan oleh salah satu anggota kepolisian seperti dilansir dari The Independent, Sabtu (14/11/2015) 

Kendati demikian, sejumlah saksi mata menyebutkan bahwa salah satu pelaku kemungkinan orang Prancis. Beberapa korban selamat menyebutkan salah satu teroris berkulit putih dan bertipe fisik Eropa, menurut televisi lokal.

Meskipun kelompok militan ISIS telah mengaku sebagai dalang serangan tersebut, masih terlalu dini pelakunya berasal dari Suriah. Terlebih, di pasar gelap mudah ditemukan paspor palsu negeri  yang tengah berkonflik itu. Harganya pun tak lebih dari US$ 1.000, kata salah seorang saksi mata.

Menurut salah seorang korban selamat, para pelaku bergaya bak profesional. Mereka memaka rompi berisi bom dengan tersusun rapi.

3 Pelaku bomber bunuh diri tewas di stadion itu, sementara 4 lainnya terbesar di berbagai titik serangan.

Serangan mematikan di stadion itu terjadi saat pertandingan persahabatan antara Jerman dan Prancis berlangsung. 2 ledakan terdengar kencang. Polisi segera menyelamatkan para pemain dan penonton. Mereka meminta 80 ribu penonton segera masuk ke arena lapangan. Setelah situasi aman mereka digiring ke luar stadion.

Para penonton dan suporter kedua belah pihak menyanyikan lagu kebangsaan ‘La Merseille’ saat mereka digiring ke luar.

Presiden Prancis Francois Hollande juga dievakuasi saat bom tersebut meledak. 5 Orang di luar stadion dilaporkan tewas.

Kelompok militan ISIS mengaku bertanggung jawab terkait serangan yang menewaskan sekitar 150 orang di Paris, Prancis pada Jumat 13 November 2015 malam waktu setempat.

Seperti dilansir Reuters, Sabtu 14 November, kelompok teroris itu menyatakan telah mengirim 'pejuangnya', yang diikat dengan sabuk bom bunuh diri dan membawa senapan mesin ke berbagai lokasi di jantung ibukota Prancis.

Serangan itu, kata kelompok ekstrem ini, dirancang untuk menunjukkan Prancis akan tetap menjadi target utama untuk kelompok 'jihad', selama negara ini terus menentang kebijakan mereka.

ISIS sebelumnya mendistribusikan video yang berisi ancaman untuk menyerang Prancis, jika melancarkan serangan kepada pejuangnya.

Melalui media, Al-Hayat Media Centre, kelompok ISIS membuat ancaman melalui beberapa militannya yang menyerukan umat Islam Prancis untuk melakukan serangan.

"Selama Anda tetap membom, Anda tidak akan hidup dalam damai. Anda bahkan akan takut bepergian ke pasar," kata salah satu militan, yang diidentifikasi sebagai Abu Maryam Prancis.

Lokasi militan ISIS dalam video tersebut tidak jelas dan sulit menentukan kapan video tersebut difilmkan, tapi pesan yang disampaikan sangat jelas.

Dunia mengutuk serangan mematikan dalam sejarah Prancis itu. Negara itu akan berkabung selama 3 hari ke depan. (Rie/Ron)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya