Terkuak, Kondisi Mengerikan dalam Kubur 'Gadis Penyihir' Italia

Kuburan dua gadis yang diduga penyihir ditemukan di sebuah biara Abad Pertengahan. Mereka mungkin korban salah sangka.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 24 Nov 2015, 12:19 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2015, 12:19 WIB
Arkeolog mengekskavasi makam gadis yang diduga sebagai penyihir
Arkeolog mengekskavasi makam gadis yang diduga sebagai penyihir (Picture: Stefano Roascio/Elena Dellù/ Pontifical Institute of Archaeology )

Liputan6.com, Roma - Entah siapa nama gadis itu. Usianya baru 15 tahun saat menemui ajalnya dengan tragis. Dalam kondisi lapar, terikat, terbakar, jasadnya kemudian dilemparkan ke sebuah lubang yang ditutup lempengan batu berat.

Bahkan ketika tiada, ia dianggap berbahaya. Semua perlakuan atas dirinya diduga untuk menjamin bahwa ia tak akan bangkit dari kematian untuk mengutuk para pembunuhnya.

Pada Abad Pertengahan di Italia, gadis itu mungkin dituduh sebagai penyihir.

Dan ia bukan yang pertama. Pada September 2014, jenazah gadis 13 tahun ditemukan di lokasi yang sama, biara Abad Pertengahan di Kompleks San Calocero di Albenga, dekat Ligurian Riviera --  dikebumikan dalam kondisi kepala menghadap ke bawah.

Kematian mereka diduga kuat tak terkait satu sama lain. Yang termuda dikuburkan antara 1400 dan 1500 Masehi. Sementara, jasad terbaru yang ditemukan diperkirakan dikebumikan pada Abad ke-9 hingga ke-15 Masehi.

"Itu masih berupa perkiraan. Kami masih menunggu hasil penanggalan radiokarbon," kata arkeolog Stefano Roascio yang memimpin ekskavasi, seperti dikutip dari Discovery.com, Selasa (24/11/2015).

Para arkeolog mengatakan, cara mereka dikubur sesuai pola yang sering diterapkan pada pada orang-orang yang dianggap 'menyimpang'. Misalnya dimakamkan dengan batu bata disumpalkan ke mulut. Atau dipancang ke tanah.

Korban Salah Sangka?

Eksaminasi awal pada jasad gadis 15 tahun menunjukkan ia mungkin menderita malnutrisi dan anemia. Tingginya hanya 145 cm.

"Yang bisa kita katakan adalah bahwa kerangka tersebut, yang mungkin adalah gadis muda, terbakar seluruhnya, tak hanya pada tulang pinggul dan dada seperti yang sebelumnya diperkirakan," kata arkeolog Stephen Roascio kepada media Italia Savona, seperti dikutip dari News.com.au, Selasa (24/11/2015).

 

Arkeolog mengekskavasi makam gadis yang diduga sebagai penyihir (Picture: Stefano Roascio/Elena Dellù/ Pontifical Institute of Archaeology )


"Kami menduga, ia dibakar di tempat lain. Kemudian jasadnya dibawa ke sini dan dilempar ke dalam lubang," tambah dia. Tak diketahui apakah gadis malang itu dalam kondisi bernyawa atau meninggal dunia ketika dibakar.

Roascio menambahkan, orang-orang kemudian menutup liang itu dengan lempeng batu yang panjangnya setidaknya 1 meter. "Menurut kepercayaan pada masa itu, hal tersebut dilakukan untuk mencegahnya hidup kembali," kata dia.

Pemeriksaan awal mengungkap kondisi porotic hyperostosis atau cacat yang disebabkan anemia yang dipicu kekurangan zat besi pada tengkorak dan tulang mata.

Juga ditemukan enamel hypoplasia, gangguan pada enamel yang merujuk pada stres di usia dini, seperti malnutrisi atau kurang gizi.

Diduga, kulit gadis itu pucat, bicaranya lemah, dan memar kebiruan di sekujur tubuhnya membuat warga sekelilingnya mengira ia kesurupan.

Penampilannya yang tak biasa juga bisa mengarahkan pada dugaan penyihir pada masa itu.

Kondisi gadis yang lebih muda, yang berusia 13 tahun juga serupa. Jasadnya meninggalkan petunjung tentang kudis -- yang disebabkan kekurangan vitamin C -- memenuhi sekujur tubuhnya. Gejala yang tak biasa dan seringkali diartikan mistis.


Pengadilan untuk para penyihir tercatat dilakukan di kawasan tersebut pada tahun 1300-an.

Ekskavasi biara tersebut dipimpin Philippe Pergola, profesor topografi di Orbis Christianus Antiquus di Pontifical Institute of Archaeology, Vatican.

Penggalian yang didanai sektor privat, Fondazione Nino Lamboglia of Rome and Fondazione bancaria De Mari of Savona, akan dilanjutkan pada 2016.

"Pada akhir ekskavasi kami akan fokus pada analisis sepesifik. Jika penanggalan radiokarbon menunjukkan bahwa kedua gadis berasal dari periode yang sama, kami akan mencoba untuk membandingkan DNA mereka," kata antropolog, Elena Dellù.

Kuburan Para 'Vampir'

Pemakaman tak biasa juga ditemukan di Polandia. Para arkeolog menemukan 'kuburan vampir' di kota Kamien Pomorski. Di sebuah area pekuburan kuno dekat gereja.

Jasad dalam makam tersebut diyakini berasal dari Abad ke-16. Cara pemakamannya mirip penguburan 'vampir' serupa yang ditemukan sebelumnya.

Tanda yang paling jelas adalah pancang di kaki mendiang. Sejumlah jasad orang diduga vampir kerap ditemukan dalam kondisi terpaku ke tanah, untuk mencegahnya bangkit dan menghantui warga

Penanda lain ada pada bagian mulut. Tak ada gigi di sana, juga ditemukan batu bata yang dijejalkan -- diduga digunakan untuk menghentikan si terduga vampir bangkit dari kubur dan menancapkan gigi ke leher korban, lalu mengisap darahnya.

Sejumlah kuburan vampir sering ditemukan di kawasan Eropa, termasuk Polandia. Diperkirakan bahwa penguburan semacam ini sering dilakukan di daerah Kamien Pomorski dari Abad ke-13 hingga Abad ke-17.

Kala itu diyakini, orang-orang yang berkelakuan buruk semasa hidupnya bisa berubah jadi vampir setelah meninggal -- kecuali jasadnya ditikam di dada dengan besi atau batang kayu sebelum dimakamkan. Ada juga yang memaku jenazah ke Bumi atau mencabuti gigi dari mulut mereka.

 

Kuburan vampir di Polandia (Kamienskie.info)



Namun, bisa jadi semua itu didasari salah sangka dan ketidakpahaman.

Pada 2012 lalu, arkeolog Italia menemukan "vampir perempuan" di Venesia. Tengkorak itu ditemukan dengan kondisi batu bata terjepit di antara rahangnya --diduga agar ia tak bisa memakan intisari kehidupan para korban dari wabah yang menyerang kota itu di Abad ke-16.

Menurut antropolog dari University of Florence, Matteo Borrini, kerangka tersebut ditemukan kuburan massal korban wabah di pulau kecil bernama Lazzaretto Nuovo di laguna Venesia.

Ia mengungkapkan, wabah yang melanda Eropa antara tahun 1300 dan 1700 makin menguatkan keyakinan akan keberadaan vampir. Sebab, saat itu, orang-orang kurang memahami soal dekomposisi mayat. Mereka salah paham.

Kala itu, penggali kubur yang membuka kembali kuburan massal terkadang menemukan mayat membengkak karena gas, dengan rambut masih tumbuh, dan darah merembes dari mulut mereka.

Selain itu, kafan yang digunakan untuk menutupi wajah-wajah orang mati sering membusuk oleh bakteri yang berasal dari dalam mulut. Akibatnya, gigi mayat itu terlihat. Karena itulah vampir kemudian juga dikenal dengan sebutan 'pemakan kafan'. (Ein/Tnt)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya