Bus Rombongan Presiden Dibom, Tunisia Darurat Teror 30 Hari

Salah satu sumber mengatakan kepada Reuters bahwa diduga ada pengebom yang meledakkan diri.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 25 Nov 2015, 09:30 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2015, 09:30 WIB
Bus Rombongan Presiden Dibom, Tunisia Darurat Teror 30 Hari
Polisi dan ambulans di lokasi ledakan bus jemputan rombongan presiden Tunisia. (Reuters)

Liputan6.com, Tunis - Sebuah ledakan diduga dari bom menghantam bis rombongan pengawal presiden di ibu kota Tunisia, Tunis. 

"Dua belas orang tewas," kata para pejabat seperti dikutip dari BBC, Rabu (25/11/2015).

Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi kemudian mengumumkan keadaan darurat teror selama 30 hari. Jam malam pun diberlakukan di ibu kota.

Ledakan itu terjadi di sebuah halte bus di mana pengawal presiden dan staf diantar-jemput. Lokasinya dekat bekas markas partai presiden terguling, Zine El Abidine Ben Ali.

Saat ledakan terjadi, jalan-jalan di kota itu tengah tergenang banjir karena hujan lebat.

Sejauh ini penyebab ledakan itu masih belum jelas, tetapi salah satu sumber mengatakan kepada Reuters diduga ada pengebom meledakkan diri di dalam kendaraan.

Bagi banyak orang di Tunisia, serangan seperti ini hanya soal waktu dan hal lumrah. Bahkan saat ini disebut tahun mematikan bagi pengunjung asing Tunisia karena beberapa kali menjadi sasaran kelompok militan bersenjata.

Dalam beberapa bulan terakhir banyak polisi disiagakan di daerah rawan serangan, termasuk tempat ledakan malam ini berlangsung. Namun entah bagaimana pengebom itu kali ini bisa lolos dari pantauan.

Hingga saat ini belum ada kelompok yang mengatakan itu di balik serangan itu.

Layanan keamanan di jantung ibu kota Tunisia itu terguncang. Para tentara di sana sudah pernah menghadapi serangan sporadis dalam pertempuran mematikan dengan beberapa militan di daerah terpencil di sana, tapi serangan ledakan bom semacam ini adalah yang pertama di Tunis.

Tunisia memang kerap menjadi target oleh ISIS. Negara itu pada Juni lalu diserang oleh seorang pria bersenjata di resor pantai Sousse, menewaskan 38 orang. Pada bulan Maret, orang-orang bersenjata menyerang Museum Bardo yang terkenal di Tunis, menewaskan lebih dari 20 orang.

Negara-negara bagian di Afrika Utara diyakini merupakan eksportir terbesar para militan. Otoritas mengatakan setidaknya 3.000 warganya pergi ke Irak dan Suriah.

Tunisia saat ini memiliki pemerintahan sekuler yang berjuang melawan militan. (Tnt/Rie)**

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya