Liputan6.com, Jakarta - Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa mutiara, berasal dari kerang tiram. Namun, bagaimana dan mengapa prosesnya, tak banyak yang tahu persis.
Sesungguhnya, tiram membentuk mutiara atas respon pembelaan diri dari objek asing. Proses pembentukan bermula ketika pasir, parasit, atau material organik lainnya menyusup masuk dari cangkang tiram yang terbuka, dan mengenai bagian mantel, lapisan yang melindungi organ dalam tiram. Dalam beberapa kasus, objek asing turut melukai bagian tubuh tiram.
Tubuh tiram pun menganggap objek asing sebagai potensi ancaman, dan mantel-nya menghasilkan lapisan yang disebut nacre--dijuluki juga 'ibu mutiara'--yang menyelubungi objek asing tersebut.
Advertisement
Kerusakan yang terjadi pada bagian luar kerang, yang berakibat pada mantel, juga memicu respon yang sama untuk memperbaiki kerusakan, dikutip Today I Found Out.
Zat nacre terdiri dari kalsium karbonat, dalam bentuk mineral aragonite dan calcite. Sedangkan protein conchin dan perlucin, yang membentuk zat conchiolon kurang lebih berfungsi sebagai 'lem' yang merekatkan lapisan-lapisan. Jika mineral aragonite memiliki sifat mirip kristal, conchiolin berpori.
Digabungkan dengan lapisan-lapisan yang nyaris transparan, jadilah mutiara yang berkilau.
Seiring waktu, lapisan nacre terus terbentuk, memisah dari bagian tubuh kerang, dan mutiara pun semakin terbentuk. Tubuh tiram turut menjadi faktor bentuk jadi mutiara tersebut.
Proses pembentukan ini sama baik pada tiram di alam liar maupun yang diternakkan. Bagaimanapun, walau pada umumnya perlu tes sinar-X untuk menentukan apakah sebuah mutiara terbentuk alami atau hasil ternak (mutiara alami memiliki pusat yang ukurannya mikro, sehingga memiliki garus-garis lingkaran yang terlihat jika dibelah, mutiara alami jauh lebih mahal sebab lebih langka, terutama jenis mutiara bulat sempurna yang diincar untuk membuat perhiasan.
Baca Juga
Pada mutiara hasil ternak, tiram dibiarkan tumbuh hingga dua sampai tiga tahun dalam kandang yang digantungkan di dalam air yang mendukung kehidupan di tiram. Ketika si tiram sudah mencapai usia dewasa, baru mereka bisa digunakan untuk memproduksi mutiara.
Walau ada variasi dari metode yang digunakan, dengan mutiara air asin, petani umumnya menggunakan nuclei, yakni bola-bola dari cangkang kerang remis yang ditumbuk dan dipoles, berukuran 2,5 hingga 8 mm diameternya.
Pemilihan nuclei bukan hanya bertujuan untuk memaksimalkan kemungkinan terbentuknya mutiara bulat sempurna, namun juga karena material inti yang digunakan perlu memiliki zat-zat yang sama dengan nacre. Jika tidak, bagian intinya akan melebar cepat ketika dipanaskan, seperti dalam proses pengeboran lubang ketika mutiara akan dibuat menjadi kalung atau gelang, dan lapisan nacre luarnya akan mudah pecah.
Dengan kerang air tawar, nuclei jarang digunakan, walau ada pengeculian dalam tahap membuat mutiara menjadi aksesoris.
Baik dalam peternakan tiram air tawar maupun air asin, ketika seekor tiram sudah cukup dewasa, tiram diangkat dari air dan ditempatkan di lokasi yang kering dan teduh selama satu setengah jam. Nantinya, cangkang mereka akan terbuka. Peternak mutiara akan melebarkan bukaan di cangkang tiram dengan penahan, sedangkan tiram yang tidak membuka akan dikembalikan ke air dan akan melalui proses yang sama hingga membuka.
Ketika sudah terbuka, tiram akan dipindahkan ke area lain di mana pekerja kemungkinan akan dengan lembut membuka cangkang lebih lebar lagi. Proses ini tak boleh dipaksakan, sebab membuka cangkang tiram terlalu lebar bisa membunuh mereka.
Pada kerang yang diternakkan dengan bola nuclei, pertama-tama dibuat irisan kecil di bagian lunak tubuh tiram peliharaan, untuk memasukkan nuclei bersama jaringan mantel berbentuk persegi yang diternakkan dari tiram lainnya. Secara umum, satu tiram yang mati bisa menghasilkan mantel yang cukup untuk 15 kali penanaman, sehingga jaringannya tetap hidup mampu memicu nacre setelah diletakkan selama beberapa jam.
Baik nuclei dan jaringan mantel perlu tetap bersentuhan satu sama lain sehingga bakal mutiara dipastikan terbentuk.
Pada kerang yang diproses mutiaranya dengan cara biasa, yang umumnya kerang air tawar, hanya sebagian kecil dari jaringan hidup yang dimasukkan.
Perbedaan lain antara keduanya adalah, pada mutiara hasil ternakan, sejumlah puluhan mutiara bisa ditumbuhkan dalam waktu bersamaan. Inilah mengapa mutiara air tawar pada umumnya lebih murah dibanding mutiara air asin, walau hasil akhirnya tidak jauh berbeda. Umumnya, mutiara air asin lebih sering berbentuk bulat sempurna, sementara mutiara air tawar berbentuk lonjong.
Namun, dalam kedua prosesnya, setelah penanaman selesai, penahan dilepaskan dan tiram dikembalikan dalam air.
Proses keseluruhan bisa membuat si tiram shock. Maka dari itu, setelah proses pembentukan mutiara, si tiram perlu diistirahatkan selama enam minggu. Setelahnya, proses diulang.
Tiram yang tak bertahan hidup karena shock akan tak bisa digunakan lagi. Bagi tiram sehat, di mana proses penanaman sukses, mereka bisa diternakkan untuk menghasilkan mutiara selama 5-6 tahun. Walau begitu, tiram dengan bola nuclei bisa diambil mutiaranya dalam waktu yang lebih cepat, antara 6 sampai 12 bulan.
Pun begitu, sesungghuhnya hanya setengah dari tiram yang pada bertahan hidup selama proses dilakukan.
Dari mutiara itu, hanya sekitar 5 persen memiliki kualitas yang cukup tinggi untuk melalui proses selanjutnya menjadi perhiasan berharga. Setelahnya, perlu dilakukan seleksi terhadap lebih dari 10.000 mutiara untuk mencari mutiara yang serupa dalam warna, bentuk, dan ukuran dalam membuat satu kalung saja.