Liputan6.com, Queensland - Rekaman secara diam-diam yang dilakukan oleh kelompok hak asasi hewan di Amerika memperlihatkan penanganan yang tidak manusiawi terhadap anak ayam setelah menetas.
Video yang kini tengah beredar di media sosial itu memperlihatkan ribuan anak ayam dari kerat yang sumpek, hingga dijalankan melalui mesin dalam proses seleksi untuk industri daging.
Bayi ayam yang tidak memenuhi kriteria kepalanya dicabut dalam keadaan hidup, sementara yang lainnya dibuang ke kantung plastik berwarna hitam untuk dibuang.
Advertisement
Dikutip dari News.com.au, Senin (29/2/2016), mereka yang beruntung kemudian dialihkan para pekerja melalui tahap berikutnya, sementara sebagian dari mereka masih tersangkut pada cangkang melalui proses tersebut.
Video tersebut dibuat oleh kelompok Animal Equality dan diunggah pada akhir 2015. Tapi rekaman itu telah mendapatkan perhatian baru setelah dibagikan minggu lalu melalui sosial media. Salah satu versi video itu bahkan telah disaksikan lebih dari 36 juta kali sejak diunggah 20 Februari lalu.
Advertisement
Baca Juga
Video tersebut diduga direkam di Amerika Serikat. Pengguna sosial media mengungkapkan kekecewaannya terhadap rekaman tersebut dan kenyataan mengenaskan dalam industri unggas.
Setelah melihat rekaman itu, dr Vivien Kite, direktur ekskutif dari Australian Chicken Meat Federation mengatakan kepada News.com.au bahwa penanganan dijaga ketat agar anak ayam diproses secara manusiawi.
"Hal utama bagi manajer perusahaan penetasan ayam adalah mengidentifikasi anak ayam yang tak akan hidup beberapa hari setelah menetas. Dan sudah menjadi tugas pegawai untuk memastikan anak ayam diproses secara manusiawi dan tidak merasakan penderitaan," ungkapnya.
Sementara itu di Australia, dua rekomendasi mematikan ayam yang tidak akan selamat dilakukan adalah dengan gas karbondioksida dan maserasi.
"Manajer penetasan ayam di Australia sangat berpengalaman dan bertanggung jawab atas kesejahteraan anak ayam, memastikan pematian anak ayam yang tidak akan selamat dilakukan dengan teknik yang cepat, manusiawi dan konsisten sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan penetasan unggas di Asutralia," ungkap dr Kite.