Liputan6.com, Conakry - Sebuah penelitian dengan kamera tersembunyi memperlihatkan sekelompok simpanse di alam liar. Hewan tersebut belum pernah dijadikan sebagai obyek penelitian sebelumnya.
Kini, hasil rekaman itu telah memberi kesan seolah-olah mereka sedang melakukan ritual 'suci'.
Baca Juga
Dikutip dari The Conversation, Selasa (1/3/2016), peneliti di bawah pimpinan Hjalmar S.Kühl melakukan observasi terhadap perilaku sekelompok simpanse di Savanna, Republik Guinea.
Advertisement
Baca Juga
Mereka memasang kamera otomatis yang mulai merekam ketika tombol 'jebakan' disentuh oleh obyek penelitian. Tim peneliti berencana kembali ke tempat persembunyian kamera dua minggu sesudahnya.
Kebanyakan hasil rekaman kamera jebakan berisi dahan-dahan pohon ditiup angin atau seekor sapi dari pertanian terdekat melintas dan kemudian menjilati lensa kamera.
Kali ini, para peneliti merekam seekor simpanse jantan bertubuh besar mendekati sebatang pohon dan terlihat diam sejenak di dekatnya.
Sang penjantan kemudian melihat sekelilingnya dengan cepat, mengambil sebutir batu besar dan melemparkannya dengan sekuat tenaga ke arah batang pohon.
Perilaku demikian belum pernah diketahui sebelumnya. Pada 1960-an, Jane Goodall pertama kali mengungkapkan bahwa simpanse mampu menggunakan perkakas. Mereka menggunakan dahan, daun, dan batang untuk menggapai makanan.
Bahkan ada kelompok simpanse lain yang sudah menggunakan tombak.
Batu juga dipakai untuk membuka kacang-kacangan atau membelah buah-buahan. Di lain kesempatan, simpanse menggunakan lemparan batu sebagai pamer kekuatan dan memperjelas kedudukannya di dalam suatu kerumunan.
Kali ini tim peneliti menemukan sesuatu yang dilakukan tidak secara acak dan bukan kejadian tunggal. Perilaku itu berulang namun tanpa kaitan jelas dengan makanan ataupun status—sehingga diduga sebagai suatu bentuk ritual.
Para peneliti kemudian menjelajahi tempat itu dan menemukan lebih banyak lagi pohon dengan goresan-goresan serupa. Di beberapa tempat terdapat tumpukan-tumpukan batu yang dijejalkan di dalam batang pohon yang melompong—mirip dengan tumpukan batu yang ditemukan oleh para ahli arkeologi yang mempelajari riwayat manusia.
Kelompok-kelompok lain yang mengerjakan proyek ini mulai mencari pohon-pohon dengan ciri goresan yang sama. Para peneliti juga menemukan perilaku misterius yang sama di kantong-kantong kecil wilayah di Guinea Bissau, Liberia dan Pantai Gading, tapi tidak ada yang lebih ke timur walaupun pencarian dilakukan mulai dari barat pantai Guinea hingga ke Tanzania.
Pohon Suci Para Simpanse
Pohon Suci
Kelompok peneliti itu meluangkan waktu berbulan-bulan untuk mencoba mengetahui apa yang dilakukan oleh simpanse-simpanse dan mereka menerbitkan dua teori.
Pertama, perilaku itu adalah bagian dari pameran kejantanan. Suara keras yang terdengar ketika batu besarnya menghantam batang berlubang memperkuat kesan ini.
Hal ini mungkin berlaku di daerah yang tidak memiliki pohon berakar besar yang biasanya ditabuh oleh simpanse dengan tangan dan kakinya yang kekar.
Jika ada beberapa pohon mengeluarkan suara yang keras, hal ini tentunya dapat melengkapi atau mengganti tabuhan menggunakan kaki. Pohon yang memberikan akustik yang bagus didatangi berulang-ulang.
Kedua, di pihak lain, perilaku itu mungkin lebih bersifat simbolis dan menggambarkan masa lalu sejarah manusia. Penandaan lintasan dan wilayah menggunakan rambu-rambu seperti tumpukan bebatuan merupakan suatu langkah penting dalam sejarah manusia.
Pengetahuan di mana wilayah-wilayah simpanse itu sehubungan dengan tempat pelemparan batunya dapat membantu peneliti memastikan apakah teori ini memang benar.
Yang lebih membuat penasaran, mungkin para peneliti telah menemukan bukti pertama bahwa simpanse menciptakan sejenis kuil yang menjadi penanda pohon-pohon suci.
Masyarakat adat di Afrika Barat memiliki kumpulan bebatuan di pohon-pohon ‘suci’. Kumpulan-kumpulan bebatuan buatan manusia seperti itu tersebar secara lazim ke seluruh dunia dan amat mirip dengan apa yang terungkap dalam penelitian ini.
Ayo simak video penelitian di bawah payung penelitian Pan African Programme: The Cultured Chimpanzee (disingkat PanAf) di sini:
Advertisement