Liputan6.com, India - Semua bermula ketika Arunachalam Muruganantham, anak penenun miskin di India selatan, menyadari sang istri menggunakan kain usang untuk menampung darah menstruasi. Pada tahun 1998, dia melihat pasangan hidup yang baru dinikahinya menyembunyikan material tersebut.
"Saya bertanya kepadanya, apa itu?" ujar Muruga kepada Aljazeera.
Namun istrinya, Shanti, malah menampar dan berkata, "Itu bukan urusanmu."
Ketika sang istri berlalu, Muruga mengejarnya untuk melihat benda yang disembunyikan. Dia terkejut melihat kain yang sudah penuh noda darah tersebut.
"Saya lalu sadar, dia memakai cara tradisional untuk menampung darah menstruasi," kata Muruga.
Baca Juga
Kemiskinan membuat 300 juta perempuan di India tidak mampu membeli pembalut. Aljazeera menyebut 1 dari 5 perempuan berhenti sekolah karena menstruasi.
Muruga lalu memutuskan untuk membuat pembalut untuk Shanti. Terlebih, dia suka memberikan hadiah-hadiah kecil untuk sang istri. Rencananya, pembalut tersebut akan diberikan sebagai hadiah untuk pasangan hidupnya tersebut.
Awalnya Muruga mengira membuat pembalut sangat sederhana. Dia lalu membeli gulungan kapas dan dipotong-potong dengan ukuran yang sama seperti pembalut yang dijual di banyak toko.
Kemudian Muruga membungkusnya dengan lapisan tipis. Dia merancang pembalut ala dirinya selama 2 hari.
Setelah itu Muruga memberikannya ke Shanti untuk dicoba. Respons negatif pun didapati karena sang istri tak menyukai hasil karyanya.
"Tanggapannya sangat buruk. Dia berkata akan kembali menggunakan kain usang sebagai penampung darah haidnya. 'Sebab yang kamu kerjakan sangat tidak berguna'," ujar Muruga.
Setelah itu, dia semakin tertantang menemukan metode menciptakan pembalut yang murah. Namun, untuk menguji coba pembalut tersebut dia harus menunggu selama 1 bulan. Sebab, si penguji hanyalah sang istri, Shanti.
Dia pun meminta bantuan mahasiswa kesehatan di dekat desanya. Namun mereka terlalu malu untuk memberinya tanggapan secara rinci.
Kemudian, Muruga memutuskan untuk menguji pembalut sendiri. Dia menciptakan sebuah rahim menggunakan kandung kemih buatan dari karet dan mengisinya dengan darah hewan. Setelah itu diikatkan ke pinggulnya.
Dari selang yang dihubungkan ke rahim buatan, mengalirlah--dengan cara ditekan-- cairan darah palsu ke pembalut yang ditempelkan di celana.
Advertisement
Dua puluh menit setelahnya, dia mulai mencium bau tak sedap dan di pakaiannya terlihat banyak noda darah. Tetangganya yang melihat hal itu menduga Muruga tengah sakit, adapula yang menyangkanya ikut aliran sesat.
Sang istri, Shanti, pun tidak tahan mendengar gosip itu. Dia memutuskan pergi dari Muruga dan tinggal bersama ibunya.
Namun Muruga tidak menyerah. Dia yakin bisa melalui cobaan tersebut.
Butuh waktu 2 tahun untuk menemukan bahan yang tepat dan proses sempurna. Selama 4,5 tahun, dia berhasil membuat 3 mesin pembuat pembalut.
Mesinnya itu menciptakan lapangan kerja baru. Produknya pun dijual dengan harga lebih murah 50 persen dari pembalut lainnya.
Sekarang 877 merek telah memakai pembalutnya dan dia memiliki 1.300 mesin pembuat pembalut yang tersebar di 27 daerah di India.
Sebanyak 17 negara juga mengimpor mesinnya. Namun, dia menolak untuk menjualnya ke perusahaan.
Muruga menjadi terkenal dan menginspirasi banyak orang. Dia pun akhirnya bisa bersatu kembali dengan sang istri setelah 5 tahun berpisah.
Berikut ini kisah Muruga dalam cuplikan video: