Pasca-Sanksi Terbaru dari AS, Korut Tembak Rudal Balistik ke Laut

Dua hari sebelumnya gempa misterius terdeteksi di Korut.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 18 Mar 2016, 08:31 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2016, 08:31 WIB
Gempa Misterius Pertanda Peluncuran Rudal Balistik Korut?
Rudal balistik Korea Utara. (Reuters)

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara kembali melemparkan uji coba rudal balistiknya ke laut. Kali ini dilakukan sehari setelah AS jatuhkan sanksi terbaru. 2 hari sebelumnya, sebuah gempa misterius terdeteksi. Getaran itu berkekuatan 2,2 skala Ritcher (SR). 

"Korut menembakkan rudal balistik ke laut," kata para pejabat Korea Selatan (Korsel) dan AS seperti dikutip dari BBC, Jumat (18/3/2016). Rudal tersebut ditembakkan pada Jumat pagi hari waktu setempat. 

"Rudal yang diluncurkan di lepas pantai timur itu terbang sekitar 800 km (500 mil) dan jatuh ke dalam air. Meski berita tersebut sudah beredar, namun pihak Korut belum mengomentari laporan tersebut," jelas para pejabat tersebut.

Sebelumnya, pada Kamis 10 Maret, Korea Utara telah menembakkan dua misil balistik jarak pendek ke laut. Aksinya itu dilontarkan lantaran marah karena latihan militer bersama oleh Washington DC dan Seoul.

Bagi Pyongyang latihan itu merupakan ancaman kedaulatan negaranya.

Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan misil itu ditembakkan dari utara Provinsi Hwanghae, selatan ibukota Pyongyang. Balistik itu mampu terbang hingga 500 km sebelum akhirnya jatuh dan meledak di perairan pantai timur.

Korut telah melakukan tes nuklir pada 6 Januari, dilanjutkan dengan peluncuran satelit 7 Februari. Aksi tersebut merupakan pelanggaran atas sanksi PBB.

Sanksi Terbaru dari AS

Penembakan rudal balistik teranyar ini dilakukan sehari setelah AS memberikan sanksi baru kepada Korut.

Pada 17 Maret, Presiden AS Barack Obama menjatuhkan sanksi baru terhadap Pyongyang. Ia melarang tes nuklir dan peluncuran satelit Korut.

Obama bahkan mengeluarkan perintah eksekutif untuk membekukan properti negara tersebut di Amerika. Selain itu juga melarang ekspor AS atau investasi ke Korut, yang juga berdampak kepada orang-orang non-Amerika yang memiliki urusan dengan negara tersebut.

"AS dan komunitas global tidak pernah mentoleransi aktivitas peluncuran nuklir dan misil balistik. Kami akan melanjutkan apapun kepada Korut sampai negara itu berhasil memenuhi perintah internasional," kata Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest. 

Menurut Earnest, pemberian sanksi oleh Obama tidak menargetkan kepada rakyat Korut, namun Pyongyang lah yang seharusnya disalahkan. 

Di tengah ketegangan yang meningkat, Korut diberitakan menghukum mahasiswa AS, Otto Warmbier untuk kerja paksa selama 15 tahun. Sanksi yang dijatuhkan pada Rabu 16 Maret itu, terkait kejahatan berat terhadap negara itu.

Sementara AS menuntut Korut segera membebaskan Warmbier. Pemuda 21 tahun yang ditangkap karena mencoba mencuri tanda propaganda dari sebuah hotel pada kunjungannya ke Januari.

Di sisi lain, AS dan Korsel justru bergandeng tangan dengan menggelar latihan militer tahunan mereka bulan ini. Aksi rutin tersebut menghasilkan ketegangan.

Sedangkan tahun ini Korut mengancam untuk meluncurkan serangan nuklir terhadap AS dan Korea Selatan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya