Liputan6.com, Beijing - Dua hari sebelum mencari suaka ke Korea Selatan, pelayan Korut dari kota pesisir Ningbo belanja tas ransel atau punggung. Mereka bahkan tak menawar sepeser pun.
"Aku tanya ke mereka, 'kalian mau bepergian? dan mereka jawab iya'," kata salah seorang pemilik toko yang menolak memberi nama aslinya, seperti dilansir Reuters, Rabu 13 November 2016.
Baca Juga
"Mereka terlihat bahagia," lanjutnya.
Advertisement
Seorang pedagang lain, yang mengaku bernama Gong, membenarkan cerita itu.
Baca Juga
Ada 4 orang pelayan dari Restoran Korut Ryogong mengunjungi toko pada 5 April dan membeli 3 ransel. Satu tas punggung itu seharga 199 yuan atau sekitar US$ 31. Harga yang cukup mahal dan biasanya pembeli menawar.
"Tapi mereka tidak menawar sedikit pun," lanjutnya lagi.
Lalu, 2 hari kemudian, 12 pelayan dan 1 manajer restoran itu tiba di Seoul. Itu adalah aksi pembelotan terbesar warga Korea Utara.
Kendati demikian, bagaimana mereka merencanakan perjalanan masih menjadi misteri.
Korea Selatan mengakui ada 13 pembelot dari Korut. Mereka pekerja restoran milik rezim Kim Jong-un di Luar negeri. Sementara, Pyongyang menyebut, 13 warganya diculik oleh Seoul.
Pengumuman pembelot oleh Korut sangat tak biasa. Ditambah dengan laporan seorang kolonel bekas mata-mata, juga turut membelot.
Sementara itu, China juga melakukan hal yang sama, mengumumkan bahwa 13 warga Korut itu menggunakan paspor valid dan legal meninggalkan negara itu pada 6 April lalu.