Liputan6.com, Xinjiang - Selepas salat asar saat cahaya matahari menjelang musim panas di Urumqi, Xinjiang, China masih terik, para mahasiswa berbondong-bondong menuju kelas. Mereka beribadah di masjid tak jauh dari tempat mereka belajar di Islamic School of Xinjiang.
Berkostum baju koko dan peci khas Uighur, mereka duduk rapi di dalam kelas.
Advertisement
Di meja mereka terdapat buku hadis Al Bukhari Muslim Aksara di dalamnya. Selain Arab gundul, tertera bahasa China dan Uighur.
Advertisement
Duduk di bangku deretan paling belakang, Yusupjan Rahman. Kepalanya menunduk membaca deretan hadis Al Bukhari. Ia adalah salah satu dari 680 murid yang memutuskan untuk mempelajari Islam agar dapat mengajar agama itu lebih baik lagi.
Pemuda 22 tahun asli etnis Uighur itu bercita-cita ingin jadi guru agama. Itulah yang melatarbelakanginya masuk universitas tersebut, dengan ujian cukup sulit.
Islamic School of Xinjiang berdiri sejak tahun 1987 oleh Pemerintah Daerah Otonomi Xinjiang Uighur. Mahasiswa yang tertarik tentang Islam, bebas masuk tanpa uang pangkal di sekolah ini.
"Saya ingin sekali jadi guru agama Islam. Ini adalah satu-satunya universitas Islam di Xinjiang, yang terbaik. Masuknya pun sulit," kata Rahman ketika ditemui Liputan6.com pada Selasa 24 Mei 2016.
Hal itu dibenarkan oleh salah satu pengajar di kampus itu, Rifqat. Pria keturunan Uzbekistan-Uighur tersebut mengatakan santri atau mahasiswa di sekolah itu harus berhasil masuk tes, memiliki badan sehat dan tak ada catatan kriminal.
"Wajar saja dimintai catatan kriminal, kan lulusannya nanti harus bisa menjadi teladan mengajarkan agama Islam," ungkap pria yang juga menjadi guru bahasa Mandarin itu.
Rifqat juga mengatakan sekolah itu memberikan fasilitas bagi etnis Uighur yang mayoritas beragama Islam, untuk belajar di Xinjiang tanpa perlu ke provinsi lain.
Universitas Islam Satu-satunya
Di Xinjiang, menurut Direktur School of Islamic Muchtar Aisan, ada 13 macam etnis. Di antaranya Uighur, Han, Jazak, Hui, Tajik dan Mongol.
Tak hanya etnis Uighur saja yang beragama Islam, kata Muchtar, namun etnis lain pun juga.
"Di sekolah ini, berbagai macam etnis minoritas bersekolah untuk mempelajari Islam. Mereka datang berbondong-bondong dari berbagai pelosok Xinjiang," kata Muchtar. Pria dari etnis Uighur itu juga mengatakan lulusannya tersebar di seluruh China.
"Kami memberikan pelajaran terbaik bagi mereka. Guru dan mahasiswa kami beri beasiswa ke negara-negara muslim lainnya termasuk Mesir dan Indonesia. Kami mencetak siswa dengan pemahaman Islam sekelas dunia," ujarnya lagi.
Segendang sepenarian, Imam Masjid Utama, Abdurakip Tumurmiyaz mengatakan Pemerintah Daerah Otonomi Xinjiang Uighur sangat mendukung sekolah itu. Tiap tahunnya ada 50 pengajar dan siswa mendapat beasiswa ke luar negeri.
Menurut Abdurakip Tumurmiyaz, sangat penting agar pemahaman dunia tentang Islam di China semakin diterima terutama dari Xinjiang.
"Xinjiang adalah daerah paling multi etnis, ada 47 etnis, 18 di antaranya mayoritas. 10 di antara 18 itu memeluk agama Islam. Inilah wajah Islam di China sesungguhnya," tutup imam lulusan Al Azhar University di Kairo.