Liputan6.com, Milan - Pada April 2015, sebuah kapal berisi 800 pencari suaka karam di Laut Tengah. Hanya 28 orang yang berhasil selamat terombang-ambing berenang mencapai Pelabuhan Catania, Italia.
Dari 800 orang, kebanyakan anak-anak berusia 10 hingga 12 tahun. Sementara 28 orang yang selamat itu diduga di antaranya adalah penyelundup.
Baca Juga
Karamnya kapal pengangkut imigran, kebanyakan dari Suriah, yang mencari hidup lebih baik di Eropa, merupakan horor bencana kemanusiaan yang paling mematikan.
Advertisement
Kini sudah 14 bulan berlalu. Tim Angkatan Laut Italia memulai ekspedisi mengangkat kapal karam itu. Sekali lagi, ini adalah operasi autopsi bersejarah.
Kapal yang membawa 800 pencari suaka itu berlayar dari Libya dengan tujuan Italia. Perahu itu karam dengan 800 orang terperangkap di dalamnya.
Selama 1 tahun, ada 169 jenazah ditemukan di dekat kapal itu yang tenggelam 370 meter di bawah laut.
Untuk pertama kalinya, para ahli kini mencoba mengidentifikasikan mereka yang tenggelam bersama kapal itu.
"Ini adalah pengangkatan kapal karam dan proses autopsi yang paling bersejarah sepanjang masa," kata dr. Cristina Cattaneo, kepala tim yang berisi 50 patolog untuk mengidentifikasi kerangka manusia.
"Kami berharap bisa mengidentifikasi 400 hingga 600 jenazah," tuturnya seperti dilansir dari The Guardian, Kamis (30/6/2016).
"Sisa tubuh-tubuh itu masih terperangkap dalam kapal. Rencananya, kami akan mengangkat kapal itu, membawa ke area dengan pendingin lantas membawa ke kamar jenazah terdekat," ujar Cattaneo lagi.
Menurut salah satu korban selamat, para pencari suaka itu terperangkap di dalam dek bawah saat kapal ikan itu menabrak kapal diesel.
Hanya beberapa yang bisa naik ke dek atas dan tak mampu selamat saat air menggenangi kapal itu. Menurut korban selamat, mereka yang berhasil naik ke dek atas berusaha menggapai benda-benda apa pun untuk mengapung karena tak bisa berenang.
"Seseorang berusaha menarik celanaku karena tak bisa berenang," kata Ibrahim Mbalo, korban selamat dari Gambia.
"Aku hanya berpikir, akankah aku mati atau selamat saat itu," ungkapnya.
Mbalo bisa selamat karena ia bergulat dari cengkeraman seorang pria yang mencoba menjadikannya pelampung. Lantas, ia berenang ke satu-satunya pintu di kabin. Menurut estimasinya, ia berada di dalam air selama 3 menit.
Bencana itu terjadi setelah estimasi ada 1.200 orang tenggelam antara Italia dan Libya, yang membuat publik marah terhadap ketidakpedulian pemimpin Uni Eropa terhadap korban yang mencoba menyeberang ke Eropa.
Lebih dari 150 ribu orang, kebanyakan dari sub-Sahara Afrika, menggunakan jalur itu pada 2015. Hal yang sama yang dilakukan pencari suaka pada 2016.
Ada sekitar 850 ribu orang, kebanyakan dari Suriah dan Afghanistan, mencapai Yunani dengan kapal pada 2015. Namun angka itu turun pada 2016 setelah ada implementasi perjanjian Uni Eropa dengan Turki.
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.