42 Orang Tewas dalam 'Kudeta Jumat Malam' di Turki

Berlangsung kurang dari 24 jam, kudeta telah merenggut 42 nyawa dalam bentrok yang terjadi di Istanbul dan Ankara.

oleh Arie Mega PrastiwiElin Yunita Kristanti diperbarui 16 Jul 2016, 10:35 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2016, 10:35 WIB
20160016-Kudeta Turki, Warga Kuasai Tank Militer
Sejmlah warga menyerang tank di Ankara , Turki , (16/7). Presiden Turki mengkomandoi warganya untuk turun ke jalan dan melawan sekelompok militer yang berupaya melakukan kudeta. (REUTERS/Huseyin Aldemir)

Liputan6.com, Ankara - Upaya kudeta Turki pengambilalihan kekuasaan yang dimulai Jumat malam, 15 Juli 2016, memaksa Presiden Recep Tayip Erdogn yang dikabarkan sedang berlibur, terbang kembali ke Istanbul.

Dikelilingi para pendukungnya, Erdogan menyebut, upaya penggulingan kekuasaan oleh pihak militer sebagai 'pengkhianatan'. Pernyataan tersebut disiarkan secara langsung di televisi.

"Mereka yang berada di dalam tank harus kembali ke tempat asal mereka," kata Erdogan, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (16/7/2016).

Ia juga menyebut para dalang kudeta sebagai 'teroris'.

Berlangsung kurang dari 24 jam, kudeta telah merenggut 42 nyawa dalam bentrok yang terjadi di Istanbul dan Ankara.

Pihak Kejaksaan menyebut, korban jiwa mayoritas adalah rakyat sipil.

PM Turki Binali Yildirim mengatakan, situasi terkini sudah terkendali secara garis besar. Sebanyak 130 orang yang diduga terlibat kudeta ditangkap.

Ia juga telah memerintahkan militer yang setia pada pemerintah untuk menembak jatuh pesawat yang digunakan para pelaku kudeta.

Sejauh ini Erdogan mengklaim upaya kudeta di Turki itu sudah bisa dikontrol. Wakil Perdana Menteri, Mehmet Simsek kepada CNN juga mengatakan bahwa kudeta itu bisa dikontrol dan gagal.

"Pemerintah bisa kembali mengontrol situasi. Salah satu jenderal pemberontak berhasil kami tewas dalam operasi bersama polisi,” demikian seperti dilansir Liputan6.com dari CNN.

Adapun petinggi militer yang masih mendukung pemerintah mengatakan, lawan-lawannya itu berhasil dilumpuhkan. Mereka kini meminta para pemberontak untuk menyerahkan diri dan menghentikan aksi kudeta agar tidak memperburuk situasi.

AS, Inggris dan NATO kini tengah secara intensif memantau situasi di Turki. Negeri itu adalah salah satu koalisi NATO di mana menjadi pusat pangkalan militer Barat dalam melawan ISIS di Irak dan negara tetangga Suriah.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya