Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menghadiri acara pemakaman korban kudeta militer gagal yang digelar pada Minggu 17 Juli 2016 malam. Tangis haru pun pecah saat ia menyampaikan pidato, seraya memberi hormat kepada para pendukungnya yang meninggal.
Erdogan terisak di acara yang dilangsungkan di sebuah masjid di Istanbul, saat ia mencoba menggambarkan seorang ayah dan anak yang ditembak selama kudeta Turki. Sang ayah, Erol Olçak, salah satu dari 290 orang tewas dalam kudeta gagal akhir pekan ini, adalah seorang teman lama dan sekutu politiknya.
Baca Juga
"Kami berbaris di pemakaman kami, dan kami akan menangani pembunuh ini, kultus ini, pengikut-pengikut Fethullah Guyen," kata Erdogan seperti dikutip dari The Guardian, Senin (18/7/2016), mengacu pada gerakan pembangkang ulama Islam Fethullah Gulen, yang ia tuduh mendalangi kudeta.
Advertisement
Namun Gulen membantah dan mengatakan secara terbuka bahwa kemungkinan kudeta didalangi sendiri oleh Erdogan.
Erdogan bertekad membersihkan lembaga-lembaga negara, dari apa yang ia sebut sebagai 'virus' penyebab kudeta Turki. Ia juga menegaskan bahwa negaranya akan mempertimbangkan menerapkan lagi hukuman mati setelah terjadi kudeta yang gagal.
Presiden Turki juga akan meminta ekstradisi Gulen, yang telah diberikan perlindungan di negara bagian AS dari Pennsylvania, dan pendukungnya
Erdogan mengatakan bahwa mereka harus bertanggung jawab, membayar mahal perbuatannya.
Sejauh ini sekitar 6.000 orang telah ditahan, termasuk perwira tinggi militer, hakim, dan jaksa.
Dalam adegan emosional di luar masjid tersebut, kemarahan Erdogan ini sejalan dengan ribuan pendukung yang membawa bendera saat berkumpul di pemakaman. Mereka juga mengutuk pelakunya.
"Kudeta itu merupakan bentuk terorisme," kata Mehmet Aydin, salah seorang pegawai negeri yang melakukan perjalanan ke Ankara untuk menghadiri pemakaman dengan keluarganya.
"Komplotan kudeta tidak peduli orang lain. Mereka hanya peduli tentang pemimpin mereka sendiri," imbuh Aydin yang pernah wajib militer pada tahun 1980.