Liputan6.com, Aleppo - Tim dokter yang tersisa di Aleppo, Suriah, menulis surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama. Mereka mendesak suami Michelle Obama itu untuk mengulurkan bantuan terhadap 250.000 warga sipil di kota itu.
Seperti dilansir BBC, Kamis (11/8/2016), surat yang ditandatangani 29 dokter itu meminta Presiden Obama untuk segera memberlakukan zona larangan terbang di Aleppo. Itu demi menghentikan serangan udara yang menyasar fasilitas medis.
Baca Juga
Mereka memperingatkan jika serangan terhadap fasilitas medis terus meningkat, maka dalam waktu satu bulan ke depan "tak ada yang tersisa".
Advertisement
Para dokter juga menuliskan bahwa selama lima tahun terakhir tepatnya setelah perang sipil pecah di Suriah, mereka telah menyaksikan pasien, teman, dan kolega yang jumlahnya tak lagi terhitung menjadi korban kekerasan bahkan kematian.
"Dunia telah berdiri dan mengatakan betapa "rumitnya" Suriah, sementara yang dilakukan adalah memberikan perlindungan yang minim. Tawaran terbaru dari pemerintah dan Rusia untuk evakuasi lebih terdengar seperti ancaman terselubung -- melarikan diri sekarang atau menghadapi nasib tak menentu," tulis mereka.
Menurut mereka, dalam satu bulan terakhir telah terjadi 42 serangan terhadap fasilitas medis di Suriah. Sebanyak 15 di antaranya adalah di rumah sakit tempat mereka bekerja.
"Dua pekan lalu, empat bayi yang baru lahir mati lemas, setelah ledakan memotong pasokan oksigen ke inkubator mereka. Dengan napas yang terengah-engah, hidup mereka berakhir bahkan sebelum benar-benar dimulai," sebut para dokter itu.
Lebih lanjut, para pekerja kemanusiaan itu menuliskan bahwa sebagai dokter mereka disumpah untuk membantu siapa saja yang membutuhkan. Dan kini mereka meminta Presiden Obama untuk "melakukan tugas sebagaimana mestinya" demi menyelamatkan warga Suriah.
"Kami tak butuh air mata atau simpati atau bahkan doa: Kami sangat membutuhkan sebuah zona bebas dari bom di Aleppo timur untuk menghentikan serangan dan aksi internasional untuk menjamin agar Aleppo tidak pernah terkepung lagi," tulis para dokter dalam surat itu.
Serangan di Aleppo meningkat dalam beberapa waktu terakhir setelah kelompok anti-pemerintahan memutuskan jalur utama di sebelah barat kota itu. Ini dilakukan sebagai upaya untuk memecah pengepungan yang dilakukan oleh pasukan pro-pemerintah dengan dukungan pesawat Rusia di bagian timur sejak Juli lalu.
Pihak Rusia belum lama ini mengumumkan akan mengadakan gencatan senjata selama tiga jam setiap harinya demi membiarkan bantuan masuk ke Aleppo. Gencatan senjata kabarnya akan dilakukan sejak Kamis ini.
"Semua aksi militer, serangan udara dan artileri akan dihentikan antara pukul 10.00 hingga 13.00 waktu setempat," ujar seorang pejabat kementerian pertahanan Rusia.
Pernyataan itu langsung ditanggapi PBB dengan menyatakan bahwa waktu tiga jam tidak cukup untuk membantu jutaan warga. Mereka pun menuntut gencatan senjata dilakukan selama 48 jam.
Pada Senin 8 Agustus lalu, PBB menyebutkan bahwa warga sipil yang tewas dan terluka dalam serangan yang telah mengalami peningkatan selama beberapa pekan terakhir sudah tak terhitung jumlahnya. Sementara rumah sakit dan klinik terus menjadi target pengeboman.
Selain itu, serangan terhadap infrastruktur publik telah membuat lebih dari dua juta orang hidup tanpa listrik dan akses ke air bersih selama beberapa hari terakhir.
PBB menegaskan siap untuk membantu warga sipil di Aleppo, namun mereka menegaskan perlunya dilakukan gencatan senjata selama 48 jam setiap minggu demi menjangkau warga yang membutuhkan bantuan.