Liputan6.com, Jakarta - Pada 9 September 2016 lalu, Presiden Filipina Rodrigo Duterte, melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. RI pun jadi negara pertama yang dilawat mantan Wali kota Davao itu usai resmi jadi orang nomor satu di negaranya.
Pengamat Kebijakan Luar Negeri dari Institut Kajian Pembangunan dan Strategi Filipina, Aries Arugay memuji keputusan Duterte.
Dia menyatakan, keputusan Duterte menjadikan Indonesia tujuan pertama, tepat.
Salah satu alasannya, Duterte dan Joko Widodo punya persamaan yang begitu melekat. Kesamaan itu pun tidak cuma ada di satu hal saja.
"Media Barat menyebut Duterte sebagai Donald Trump dari Filipina itu sama sekali tidak tepat," ujar Aries di Kota Kasablanka, Sabtu (17/9/2016).
"Yang lebih tepat Presiden Duterte punya kesamaan-kesamaan dengan Jokowi, mereka memulai dari Walikota. Mereka berdua juga mengutamakan aksi dan tindakan meski dengan cara berbeda," sambung dia.
Walau menyatakan sama dalam beberapa hal, Aries tak memungkiri, ada perbedaan mendasar yang terlihat antara Jokowi dan Duterte.
"Yang pasti ucapan dari Jokowi lebih santun dari pada Presiden Duterte," ujar Aries.
"Duterte kerap tak menjaga ucapannya. Ini terlihat saat ia menghina Paus, Obama dan beberapa tokoh lainnya," tutup Aries.
Duterte juga memicu kontroversi dengan cara mengobarkan perang brutal melawan kejahatan narkoba, yang sejauh ini telah menewaskan hampir 3.000 orang.
Baca Juga
Advertisement
Apapun, Duterte disambut hangat selama bertamu ke Indonesia. Presiden Jokowi bahkan mengajaknya blusukan ke Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Dalam pertemuan kedua kepala negara, setidaknya ada tiga hal yang dibahas, di antaranya soal 177 calon jemaah haji Indonesia yang menggunakan paspor Filipina dan penyanderaan WNI oleh Abu Sayyaf.