Ternyata Tulip Bukan dari Belanda, tapi...

Bunga tulip identik dengan Belanda. Tapi ternyata tanaman tahunan ini sejatinya berasal dari negara lain.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 03 Okt 2016, 14:06 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2016, 14:06 WIB
Kebun tulip Tesselar di Silvan, Melbourne, Australia. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)
Kebun tulip Tesselar di Silvan, Melbourne, Australia. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Liputan6.com, Melbourne - Bunga tulip identik dengan Belanda. Namun ternyata tanaman tahunan berumbi ini sejatinya berasal dari Turki, bukan dari Negeri Kincir Angin itu.

"Banyak orang berpikir bunga tulip itu dari Belanda, padahal sebenarnya berasal dari Turki di Asia Tengah sekitar 1950...," ungkap Managing Director Tesselaar Garden, Paul Tesselaar, kepada Liputan6.com di Silvan, Melbourne, Australia, beberapa waktu lalu.

Paul menuturkan, bunga tulip lebih terkenal di Belanda karena orang-orang di Negeri Kincir Angin itu mengkomersialkannya. Tak demikian dengan Turki.

"Orang-orang di Belanda mendapatkan banyak pendapatan dari bunga tulip," paparnya.

Sekitar 400 tahun lalu, Turki merayakan festival tulip. Bunga-bunga itu secara natural tumbuh di dekat pegunungan. Beberapa tahun setelahnya, ada orang-orang Belanda yang mendapatkan tulip dan jatuh cinta dengan tanaman tersebut.

"Sejak saat itu orang-orang Belanda mulai mempromosikan bunga tulip dan mulai menanamnya terus-menerus. Lalu mendapatkan keuntungan darinya...," imbuh Paul.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Liputan6.com, pada tahun 1550-an bunga tulip mulai dibawa ke Belanda dengan kapal-kapal yang berasal dari Istanbul. Hal inilah yang mendasari jika bunga tulip asli dari Turki.

Tanaman ini disebut-sebut pertama kali muncul di Asia Tengah, terutama di Armenia, Persia dan Kaukasus. Dari wilayah ini tulip menyebar ke daerah-daerah di sepanjang Laut Hitam, melewati seluruh wilayah Mediterania secara keseluruhan, bahkan ke Tiongkok.

Bunga ini berjaya pada masa kekuasaan Sultan Ahmed III (1703-1730). Saat itu tanaman tersebut berperan penting, sehingga masa itu kerap disebut sebagai "Era Bunga Tulip". Kala itu, istana Sultan bahkan dilaporkan memiliki sebuah dewan khusus untuk membudidayakan bunga-bunga tulip.

Bunga yang merupakan bunga nasional Turki dan Iran ini adalah tumbuhan tahunan berumbi yang tingginya antara 10–70 cm. Daunnya berlilin, sempit memanjang berwarna hijau nuansa kebiru-biruan, dan bunganya berukuran besar terdiri atas enam helai daun mahkota.

Tulip yang memiliki warna-warna yang indah ini hanya dapat tumbuh di daerah yang beriklim subtropis dengan suhu harian di bawah 16 derajat Celsius. Untuk daerah-daerah tropis seperti di Indonesia, bunga tulip tidak akan dapat tumbuh, kecuali jika iklim dimodifikasi agar sesuai dengan tempat asalnya.

Berikut ini cuplikan wawancara Liputan6.com dengan Managing Director Tesselaar Garden, Paul Tesselaar di Silvan, Melbourne, Australia:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya