Australia-Indonesia Sepakat Gelar Patroli di Laut China Selatan

Australia mengatakan inisiatif Indonesia untuk menggelar patroli bersama sejalan dengan pandangan negara itu soal kebebasan navigasi.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 01 Nov 2016, 15:23 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2016, 15:23 WIB
20161026-Menlu Australia Julie Bishop-Jakarta
Menlu Australia Julie Bishop di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (26/10). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Canberra - Australia saat ini tengah mempertimbangkan untuk melakukan patroli bersama dengan Indonesia di kawasan Laut China Selatan yang menjadi sengketa wilayah sejumlah negara. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop.

Bishop mengatakan, patroli bersama tersebut merupakan inisiatif Indonesia. Dan menurutnya, ide tersebut "konsisten dengan kebijakan Australia dalam menggunakan haknya terkait kebebasan navigasi".

"Itu sesuai dengan hukum internasional dan dukungan kami untuk perdamaian dan stabilitas kawasan," jelas Bishop kepada radio, Australian Broadcasting Corp seperti dilansir Reuters, Selasa (1/11/2016).

Selain itu, Bishop juga mengatakan bahwa Australia dan Indonesia akan memberitahukan negara-negara lain di kawasan atas setiap latihan yang direncanakan.

"Ini adalah hal rutin dari apa yang dilakukan Angkatan Laut Australia. Ini adalah bagian dari keterlibatan kami di kawasan dan ini sesuai dengan hak kebebasan navigasi Australia termasuk di Laut China Selatan," katanya.

Namun dalam pernyataannya, Bishop tak menjelaskan lebih lanjut kapan persisnya patroli bersama ini akan dimulai.

Bertempat di Nusa Dua, Bali, pada 28 Oktober lalu, Bishop dan Menteri Pertahanan (Menhan) Australia, Marise Payne melakukan pertemuan dengan Menhan Indonesia, Ryamizard Ryacudu.

Pertemuan dalam rangka forum 2+2 ini seharusnya dihadiri pula oleh Menlu Retno LP. Marsudi, namun meninggalnya ayahanda Retno membuat kehadirannya digantikan oleh Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Desra Percaya.

Dalam pertemuan tersebut, delegasi kedua negara membahas soal kerja sama maritim termasuk di antaranya isu Laut China Selatan, berbagai persoalan global dan regional, agenda Pasifik, dan hubungan pertahanan Australia-Indonesia.

"Kita sudah koordinasi bagaimana pengamanan Laut China Selatan. Tidak ada upaya untuk merusak hubungan kedua negara. Tujuannya adalah perdamaian, termasuk melindungi ikan di wilayah masing-masing. Wilayah utara dan barat sudah konkret keamanannya, tinggal wilayah timur," ujar Menhan.

Menteri Pertahanan Indonesia, Ryamizard Ryacudu (Liputan6.com/Khairisa Ferida)

"Kita sudah sampaikan ke Australia bagaimana kalau diadakan patroli bersama di wilayah timur. Akan ada rencana untuk merealisasikan hal tersebut karena sebagian besar sudah setuju," imbuhnya.

Sebelumnya, Indonesia dan Australia sudah lebih dulu melakukan patroli bersama di Laut Timor. Ini sebagai bagian dari kemitraan dalam memerangi penyelundupan manusia dan illegal fishing.

Australia yang merupakan sekutu utama Amerika Serikat (AS) sebelumnya pernah menuai kritikan dari China atas tindakan Negeri Kanguru melakukan penerbangan pengintaian di atas pulau yang disengketakan di Laut China Selatan dan dukungan mereka terhadap kebebasan navigasi AS di kawasan tersebut.

Selama ini Tiongkok mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan--kawasan strategis di mana setiap tahunnya nilai perdagangan mencapai US$ 5 triliun di area ini. Beberapa waktu lalu, China juga telah meminta Australia untuk bicara dan bertindak lebih hati-hati soal Laut China Selatan.

Tak hanya China, namun Brunei Darussalam, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim kawasan yang kaya minyak dan gas tersebut.

Dan pada Juli lalu, pengadilan arbitrase di Den Haag, Belanda, memutuskan klaim Tiongkok atas Laut China Selatan tidak sah. Kasus ini sendiri diajukan oleh Filipina. Namun Beijing yang telah membangun sejumlah pulau buatan di kawasan tersebut menolak keputusan itu.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya