Liputan6.com, Raleigh - Jika dilihat perempuan tua itu terlihat seperti nenek 'normal' pada umumnya. Duduk santai pada sore hari sambil menggendong cucu, mungkin itulah hal yang terlintas dalam benak seseorang ketika melihat tampilan sepintas Margie Velma Barfield.
Namun wanita yang kala itu berusia 52 tahun itu adalah seorang pembunuh berantai yang setidaknya telah menghilangkan nyawa 4 orang, termasuk ibunya sendiri.
Seperti dikutip dari New York Daily News, Selasa (1/11/2016), perempuan yang dikenal dengan sebutan 'Death Row Granny' itu dilahirkan dari sebuah keluarga petani tembakau yang miskin. Margie merupakan anak kedua dari sembilan bersaudara.
Kehidupan masa kecil Margie kecil tidak seindah masa kanak-kanak teman-teman seusianya. Saat berusia belasan tahun dia diperkosa berkali-kali oleh ayahnya sendiri dan harus keluar dari sekolah karena tidak ada biaya.
Pada usia 17 tahun Margie memutuskan untuk menikah dengan seorang pemuda sebaya, Thomas Burke, dan memiliki sepasang anak. Kedua suami istri itu bekerja sebagai asisten rumah tangga, demi menghidupi anak mereka, Ronnie dan Kim.
Awalnya pernikahan Margie dan Thomas berjalan harmonis. Namun semua itu berubah saat sang suami mengalami kecelakaan dan menyebabkan kerusakan pada kepalanya.
Akibatnya Margie harus menjadi kepala rumah tangga dan menafkahi Thomas, Ronnie, dan Kim. Tekanan kehidupan membuat wanita itu tak kuat 'berdiri sendiri' dan menjadi kecanduan narkoba.
Pada 1969, Thomas meninggal dunia akibat kebakaran yang melahap rumah mereka (belakangan dicurigai insiden itu bukan sebuah kecelakaan). Margie kemudian menikah dengan suami keduanya, Jennings Barfield pada 1971.
Hanya enam bulan menikah, Jennings yang memiliki penyakit diabetes dan hati, meninggal dunia. Kepergian sang suami kembali membuat Margie menjadi seorang janda.
Margie kembali ke rumah orangtuanya, hidup bersama dengan ibunya, Lillie -- kala itu ayah Margie juga telah meninggal. Ibu dan anak itu tidak begitu akur dan kehidupan perekonomian semakin memburuk. Akibatnya Margie kembali mengonsumsi obat-obatan dan menjadi kecanduan.
Ibu Kandung Jadi Korban Pertama
Kebusukan yang mulai tercium
Untuk membeli obat, Margie memerlukan uang yang artinya dia harus bekerja. Namun mencari pekerjaan tidak segampang yang dia kira. Ia yang drop out dari sekolah itu kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Pada 1974, Lillie mendapatkan sebuah surat yang berisikan tagihan utang. Merasa tak pernah meminjam uang kepada siapapun, ibu itu kemudian menunjukkan surat tersebut kepada Margie dan meminta penjelasan.
Tak banyak yang sempat diketahui oleh Lillie tentang surat itu. Beberapa hari setelah menanyakan perihal tersebut kepada Margie, dia jatuh sakit dan meninggal dunia.
Kematian Lillie membuat Margie menjadi semakin 'liar'. Dia sering meminjam uang dengan menggunakan nama ibunya. Akibatnya, saat polisi mengetahui bahwa Lillie telah meninggal dunia, Margie mendekam di penjara selama 3 bulan. Kala itu dia didakwa melakukan penipuan.
Saat bebas dari penjara, ibu dua anak itu bekerja menjadi perawat pasangan tua Montgomery dan Dollie Edwards. Dalam kurun watu satu tahun bekerja pada pasangan sepuh itu, Montgomery meninggal saat usia 94 tahun pada Januari 1977.
Hanya berjarak satu bulan dari kematian suaminya, Doliie juga tewas dengan ciri-ciri yang sama dengan Montgomery -- kedinginan, demam tinggi, mual, dan sakit perut tak tertahankan.
Setelah itu Margie kembali bekerja merawat pasangan John Henry Lee dan Record. Juni tahun itu, Henry jatuh sakit parah dan meninggal. Record yang juga jatuh sakit dilarikan ke rumah sakit dan berhasil mendapatkan pertolongan.
Kala Record sakit, Margie sudah tidak lagi bekerja untuknya. Ia berhenti bekerja untuk tinggal bersama kekasih barunya Stuart Taylor, 56 tahun.
Hubungan mereka tak berjalan lama. Taylor kemudian jatuh sakit dan beberapa hari kemudian menghembuskan nafas terakhir. Saat jasad Taylor diotopsi, pihak rumah sakit menemukan adanya zat arsenik yang menjadi penyebab kematian pria 57 tahun itu.
Seperti dilansir dari Cpitalpunishmentuk.org, Margie ditangkap dengan dakwaan telah melakukan pembunuhan berencana. Di pengadilan Margie kemudian mengaku telah melakukan pembunuhan sejak 1974.
Korban pertamanya merupakan ibunya sendiri, Lillie. Ia kemudian juga mengaku meracuni hingga tewas John Henry Lee, Dollie Edward, dan Stuart Taylor. Permpuan itu kemudian dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati.
Di bawah wewenang Hukum Nort Carolina, Margie diizinkan untuk memilih hukuman matinya, gas atau suntikan mematikan. perempuan 57 tahun itu kemudian memilih suntikan mematikan.
Pada hari akhirnya, 2 November 1984, dengan menggunakan baju tidur merah muda, Margie menjalani hukuman matinya dalam sebuah ruangan khusus di penjara. Dia dinyatakan tewas pada pukul 02.15 pagi waktu setempat.
Pada tanggal yang sama tahun berbeda, 1963, Presiden Vietnam, Ngo Dinh Diem, dan saudara laki-lakinya, ditangkap dan dibunuh oleh sekelompok prajurit, setelah dijatuhkan dari kedudukannya oleh pasukan militer Vietnam Selatan.
Selain itu pada hari yang sama tahun 1982, sebuah truk meledak di Terowongan Salang, Afganistan dan menewaskan setidaknya 3.000 orang, pada umumnya adalah prajurit Uni Soviet (Rusia) yang melakukan perjalanan ke Kabul.
Advertisement