Prancis Peringati 1 Tahun Serangan Teror yang Tewaskan 130 Orang

Penembakan massal, bom bunuh diri, dan penyanderaan melanda Paris pada 13 November 2015.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 13 Nov 2016, 20:40 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2016, 20:40 WIB

Liputan6.com, Paris - Keheningan menandai satu tahun peringatan serangan teror terkoordinasi di Paris, Prancis pada 13 November 2015 lalu. Yang terdengar hanya pembacaan 130 nama korban tewas oleh salah seorang anak yang kehilangan ayahnya dalam tragedi itu.

Michael Dias memuji pelajaran integrasi yang diajarkan sang ayah, seorang imigran Portugal, sehingga memungkinkannya membaur bukan mengubah diri menjadi 'martir'.

Di stadion nasional Stade de France, di utara Paris, Michael mengatakan, Manuel, ayahnya merupakan "bukti hidup bahwa integrasi mungkin, dan diperlukan" untuk mengakhiri kekerasan gila-gilaan yang dilakukan oleh orang-orang yang merasa 'dibedakan'.

"Belajar untuk kembali hidup setelah ayahku dibunuh adalah tantangan pribadi...," ujar Michael seperti dikutip dari Associated Press, Minggu (13/11/2016).

"Di masa depan anak-anak dapat berhenti mempermalukan diri mereka sebagai "martir" dalam tindakan kriminal, kepentingan gaya mafia...sebagaimana yang terjadi hari ini. (Mereka) tidak mampu merefleksi, berpikir tentang dunia dan mengekspresikan kegelisahan dan pengucilan sosial yang mereka rasakan," imbuhnya.

Pemimpin peringatan satu tahun serangan teror terkoordinasi Paris adalah Presiden Prancis, Francois Hollande. Presiden Hollande dilaporkan meresmikan sebuah plakat 'in memory of Manuel Dias' di luar stadion Stade de France tepat di mana ayah Michael ditemukan tewas oleh aksi pembom bunuh diri.

"Hari ini menjadi semacam pengingat tentang ancaman teroris yang dihadapi oleh Eropa," ujar Europol, lembaga kepolisian Eropa.

Sementara itu di arena konser musik, Bataclan yang merupakan salah satu lokasi bom bunuh diri dalam teror Paris kembali beroperasi. Pembukaan stadion tersebut ditandai dengan penampilan musisi rock, Sting. Sebelum memulai aksinya mereka meminta para hadirin mengheningkan cipta, mengenang kembali para korban tewas.

Teror berupa bom bunuh diri dan penembakan di Bataclan menewaskan 90 orang. Korban tewas termuda berusia 17 tahun sementara tertua berusia 68 tahun.

"Kami memiliki dua agenda penting. Pertama mengenang dan menghormati mereka yang tewas. Kedua untuk merayakan kehidupan dan musik dari tempat bersejarah ini. Kita tidak akan melupakan mereka...," ungkap musisi berusia 65 tahun itu sebelum akhirnya memainkan lagu 'Fragile' dan 'Message in a Bottle'.

Perdana Menteri Paris, Manuel Valls pekan ini memperingatkan, "Ya, terorisme akan menyerang kita lagi. Tapi kami memiliki semua sumber daya untuk melawan dan semua kekuatan untuk menang."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya