Liputan6.com, New York - Sebuah gedung megah berdiri kokoh di jantung kota New York. Bentuknya gagah. Uniknya, bangunan itu tidak memiliki kaca.
Bangunan ini diketahui milik perusahaan telekomunikasi terkemuka Amerika Serikat, AT&T.
Meski pemilik sudah dikenal dan gedung ini setiap hari dipakai sebagai kantor perusahaan tersebut, tetap saja misteri besar menyelimuti bangunan yang terletak di jalan 33 Thomas itu.
Advertisement
Menurut pembocor data rahasia Amerika Serikat Edward Snowden, dalam dokumennya gedung tersebut merupakan pusat kegiatan intelijen di Manhattan yang terkait dengan Badan Keamanan Nasional AS (NSA).
Baca Juga
Bukan cuma itu, dalam laporannya Snowden, menyebut pernah terjadi ledakan atom di dalam gedung tersebut. Namun, gedung itu tidak runtuh karena begitu kuatnya fondasi serta tembok yang ada di sana.
Sampai saat ini memang pernyataan yang disampaikan Snowden masih menjadi sebuah desas-desus. Kekhawatiran tetap muncul.
Pasalnya, di dalam gedung tersebut, perusahaan AT&T mempunyai data 175 juta rekaman telepon sedunia perharinya.
"Pamantauan yang ada di sana, bisa dilakukan untuk menyadap panggilan telepon, fax serta data internet," sebut bocoran data Snowden.
Sudah sejak lama AT&T diduga menjalin kerjasama dengan pihak intelijen NSA. Dugaan itu semakin santer setelah media The Intercept melakukan wawancara dengan beberapa orang yang pernah bekerja di gedung itu.
Bahkan dua orang jurnalis The Intercept, Ryan Gallagher dan Henrik Moltke, menyebut sebuah data rahasia dari Snowden yang berjudul Titanpointe menceritakan dengan gamblang aktivitas NSAÂ di gedung tersebut.
"Beberapa seri dari memo NSAÂ telah memunculkan dugaan bahwa mereka telah menyadap beberapa panggilan telepon menggunakan fasilitas yang ada di dalam gedung," tulis Gallagher dan Moltke seperti dikutip dari the Independent, Kamis (17/11/2016).
"Gedung pencakar langit di Manhattan terlihat seperti lokasi pusat dari kegiatan penyadapan kontroversial NSA. Program ini menargetkan penyadapan terhadap PBB, IMF dan setidaknya 38 negara termasuk beberapa sekutu AS," pungkas mereka.