Efek Trump, Politikus Kontroversial Maju di Pilpres Prancis

Nama Marine Le Pen unggul dalam survei pilpres Prancis. Ia mengaku, optimismenya bangkit setelah melihat kemenangan Trump.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 22 Nov 2016, 08:03 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2016, 08:03 WIB

Liputan6.com, Paris - Pemimpin partai sayap kanan Prancis, Front National, Marine Le Pen, dilaporkan unggul dalam serangkaian hasil survei terkait pemilu presiden mendatang.

Le Pen yang telah bersumpah akan membawa Prancis keluar dari Uni Eropa jika kelak menang pemilu, unggul memimpin 4 persen dan 9 persen atas dua rivalnya.

Tak lama setelah hasil survei dirilis, Le Pen muncul di Twitter. Ia mencuit, "Aku kandidat yang patriotik, Aku berjuang atas nama rakyat. Itulah mengapa aku menawarkan diri untuk menjadi presiden."

Namun, dikutip dari Express.co.uk, Senin (21/11/2016), Le Pen masih menghadapi tantangan besar untuk memenangi pemilu. Ini mengingat sistem pemungutan suara pilpres di Prancis mengharuskan seorang kandidat memenangkan suara lebih dari 50 persen dalam proses dua putaran.

Sebelumnya, survei pada awal tahun memprediksi pada akhirnya Le Pen akan kalah dengan kandidat konservatif. Politikus perempuan ini disebut-sebut harus berpuas diri berada pada urutan kedua.

Sementara itu kalangan konservatif akan memilih antara kandidat, yakni Francois Fillon atau Alain Juppe. Keduanya adalah eks perdana menteri yang minim skandal dan memiliki reputasi bersih.

Hasil survei yang baru saja dirilis menunjukkan bahwa di babak pertama pemungutan suara, Le Pen yang anti-imigran akan mengalahkan Fillon dengan perolehan suara 29 persen versus 20 persen. Sementara dengan Juppe, marginnya sangat sempit, yakni 30 persen versus 26 persen.

PM Prancis saat ini, Manuel Valls, mengakui untuk pertama kali bahwa Le Pen mungkin saja menang pilpres.

"Jika dia masuk ke putaran ke dua, dia akan menghadapi kandidat kiri atau kanan. Ini berarti keseimbangan politik akan berubah sepenuhnya," ujar Valls.

Pada awal tahun ini, Martin Selmayr, Kepala Kabinet Komisi Uni Eropa mengatakan bahwa jika Le Pen kelak terpilih sebagai presiden Perancis maka itu akan menjadi sebuah "skenario horor".

'Berkah' Kemenangan Trump

Bagi Le Pen, kemenangan Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat (AS) telah membuka jalan bagi revolusi politik di pilpres Prancis tahun depan serta membentuk kembali tatanan dunia yang menandai akhir dominasi Negeri Paman Sam. Hal tersebut disampaikan perempuan berusia 48 tahun itu dalam sebuah wawancara dengan BBC.

Lebih lanjut ia menambahkan bahwa kemenangan Trump telah memungkinkan hal yang sebelumnya dianggap tidak mungkin. Demikian seperti dikutip dari Politico.eu.

Le Pen yang masuk dalam golongan euroskeptis bersikeras bahwa Uni Eropa seharusnya tidak lagi ada. Ia menyerupakan sebuah model baru berdasarkan gerakan yang ditujukan untuk bangsa melalui kerja sama erat dengan berbagai negara di Eropa juga Rusia sementara di lain sisi mengurangi ketergantungan kepada Washington lewat NATO.

Menurutnya, NATO tak lebih dari alat untuk memastikan bahwa negara-negara anggotanya bekerja sesuai kehendak AS.

"Sangat jelas, kemenangan Donald Trump merupakan fondasi baru untuk membangun dunia baru," tegas Le Pen.

"Kemenangan Trump adalah kemenangan rakyat atas elite," imbuhnya.

Selama ini, Le Pen kerap disandingkan dengan Trump karena kerap melontarkan pernyataan kontroversial. Sebut saja tentang pandangan mereka yang mendiskriminasi muslim dan imigran. Keduanya mengklaim ingin melindungi negaranya dari para ekstremis dengan menolak nilai-nilai yang banyak dibawa oleh imigran.

"Apakah kita ingin sebuah masyarakat multikultural yang mengikuti model dunia berbahasa Inggris di mana kelompok Islam fundamentalis berkembang atau kita ingin sebuah bangsa yang merdeka dengan orang-orang yang mampu mengendalikan nasib mereka sendiri atau kita ingin menjadi sebuah daerah yang diatur oleh teknokrat dari Uni Eropa?" tanya politikus yang dikenal anti-Islam itu.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya