Liputan6.com, New Mexico - Ukuran batu angkasa itu sebesar mobil dan memiliki bobot 1 ton. Ia meluncur menuju Bumi dengan kecepatan 16 kilometer per detik. Pada ketinggian sekitar 17 kilometer di atas Bumi, meteor itu meledak dan pecah menjadi ribuan keping meteorit yang menyebar di area seluas 300 kilometer persegi.
Lepas tengah malam itu, 8 Februari 1969, langit di atas Desa Pueblito de Allende di negara bagian Chihuahua, Meksiko sontak terang mencurigakan. Suara menggelegar terdengar tak wajar.
Baca Juga
Kala hari terang, baru jelas bahwa penyebabnya adalah batu angkasa yang jatuh ke Bumi.
Advertisement
Dibantu penduduk lokal, para ilmuwan mengumpulkan meteorit, dari yang beratnya 1 gram hingga bongkahan berbobot 110 kilogram.
Fragmen-fragmen tersebut -- yang disebut Meteorit Allende -- kemudian menyebar ke sejumlah museum dan universitas. Lainnya digelapkan hingga berakhir ke tangan sejumlah kolektor.
Allende adalah meteorit yang paling banyak diteliti. Pada 2012, ketika meneliti batu angaksa itu, para ilmuwan menemukan salah satu mineral paling tua di tata surya.
Material bernama panguite menyediakan kunci untuk mengetahui bagaimana planet kita terbentuk.
"Itu adalah hal baru dalam ilmu pengetahuan," kata Chi Ma dari Caltech, seperti dikutip dari Russia Today, Selasa 7 Februari 2017.
"Panguite adalah temuan yang sangat menarik, karena tak hanya baru, tapi material itu sebelumnya tak diketahui keberadaannya."
Nama Panguite diambil dari Pan Gu -- pencipta alam semesta dalam mitologi China.
Mineral itu tiba di Bumi, sebagai bagian dari Allende, yang dijuluki meteorit 'primitif'. Usianya lebih dari 4,5 miliar tahun dan mengandung material yang tak berubah -- setidaknya sejak Tata Surya kita muncul.
Banyak fragmen dalam Meteorit Allende usianya puluhan juta tahun sebelum Bumi terbentuk.
Chi Ma telah mempelajari fragmen dari Allende sejak 2007 dan telah mengidentifikasi sembilan mineral baru lainnya.
Ma mengatakan bahwa selain dari nilai teoritis Panguite, komposisi kimia yang unik dan struktur molekulnya bisa sangat berguna bagi para ilmuwan -- untuk mencari bahan sintetis baru.
Tak terhitung banyaknya batu angkasa yang berjatuhan di Bumi. Namun, belum ada manusia yang tewas karenanya.
Selain dinosurus -- yang punah akibat tumbukan batu angkasa raksasa -- korban jiwa pernah jatuh pada 1972. Nyawa seekor sapi
Namun, bukan berarti batu angkasa tak menghadirkan risiko pada manusia.
Tak hanya hujan meteorit di langit Meksiko, sejumlah peristiwa penting dalam sejarah juga terjadi pada tanggal 8 Februari.
Pada 1981, 21 orang penonton terjepit hingga tewas di Stadion Karaiskakis di Neo Faliro, Yunani selepas pertandingan sepak bola antara Olympiakos F.C. dan AEK Athens F.C.
Sementara, pada 8 Februari 1855, jejak-jejak misterius terlihat di atas hamparan salju di kawasan Devon, Inggris. Panjangnya sekitar 4 inchi atau 10,16 cm, lebar 3 inchi atau 7,62 cm.
Jarak satu dengan lainnya sekitar 8-17 inchi. Kebanyakan adalah jejak tunggal, tidak berpasangan. Setidaknya ada 30 lokasi di Devon dan 2 di Dorset yang melapor menemukan tanda serupa. Menyebar di kawasan yang membentang antara 40-100 mil atau 64-161 km.
Tak hanya di jalanan rata, jejak serupa juga ditemukan di atap rumah dan dinding tinggi. Melintasi kawasan-kawasan yang dipagari dan dikunci. Tapak juga ditemukan mengarah ke pipa-pipa drainase yang diameternya hanya selebar 4 inchi atau 10 cm, lalu hilang, dan kemudian muncul kembali di ujung lainnya.
Masyarakat kala itu dicekam ketakutan. Banyak yang mengira jejak misterius itu adalah jejak makhluk halus. Memicu legenda tentang Devil's Footprints. Jejak kaki setan.