Kecantikan dan Kegantengan Bantu Miliki Penghasilan Lebih Tinggi?

Kecantikan dan kegantengan bukan satu-satunya faktor yang jadi penentu tingginya gaji seseorang. Ada sejumlah variabel lainnya.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 18 Feb 2017, 06:48 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2017, 06:48 WIB
Kezia Warouw
Sumber: Instagram

Liputan6.com, London - Telah banyak penelitian yang mendokumentasikan hal yang disebut dengan "premium kecantikan" maupun kebalikannya, yaitu "hukuman kejelekan".

Keduanya adalah gejala sosial yang menengarai bahwa orang yang cantik atau tampan mendapat penghasilan lebih tinggi daripada sejawatnya yang kurang cantik atau kurang tampan.

Namun demikian, seperrti dikutip dari UPI pada Jumat (17/2/201), sebuah penelitian terbaru menduga penelitian sebelumnya itu mengabaikan pengaruh faktor-faktor lain yang terpisah tapi berkaitan, misalnya kesehatan, kecerdasan, dan beberapa ciri penting sebuah kepribadian.

Satoshi Kanazawa, seorang ahli psikologi evolusi di London School of Economics and Political Science (LSE&P) dan Mary Still, profesor pemasaran dan manajemen di University of Massachusetts Boston, melakukan analisa himpunan data dari National Longitudinal Survey of Adolescent Health.

Sumber data tersebut di atas adalah suatu penelitian yang mencakup pengukuran periodik terhadap daya tarik jasmani para peserta selama rentang waktu 13 tahun.

Survei itu juga mencakup data pekerjaan dan gaji, demikian juga dengan pengukuran terkait kesehatan, kecerdasan, dan ciri-ciri kepribadian.

Hasil analisis menunjukkan bahwa seseorang yang menarik dengan penghasilan tinggi cenderung lebih sehat dan lebih cerdas, sekaligus lebih tuntas, lebih terbuka (ekstrovert), dan kurang neurotik.

"Para pekerja yang lebih menarik secara fisik bisa saja meraih lebih, tapi bukan karena mereka lebih tampan atau cantik, melainkan karena mereka lebih sehat, lebih cerdas, dan memiliki ciri kepribadian yang lebih baik dan layak mendapat gaji yang lebih tinggi," demikian hasil analisis.

Data dari National Longitudinal Survey of Adolescent Health tersebut juga memberikan kategori-kategori yang lebih sempit tentang ketertarikan relatif. Dalam hal itu, para peserta yang kurang menarik dibagi dua, yaitu "sangat tidak menarik" dan "tidak menarik."

Pembedaan itu secara gamblang mengungkapkan premium kejelekan, yaitu ketika orang yang sangat tidak menarik memiliki penghasilan lebih banyak daripada yang tidak menarik.

Dua peneliti tersebut telah menerbitkan temuan mereka dalam Journal of Business dan Psychology.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya