Setelah Satu Abad, Komet Ini Kembali Melintas Dekat dengan Bumi

Komet 41P melintas dengan jarak 20,9 juta kilometer dari Bumi dan merupakan jarak terdekat komet itu sejak tahun 1907.

oleh Citra Dewi diperbarui 02 Apr 2017, 19:12 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2017, 19:12 WIB
Komet 41P/Tuttle-Giacobini-Kresak
Komet 41P/Tuttle-Giacobini-Kresak pada 30 Maret 2017 (Slooh)

Liputan6.com, Greenbelt - Sebuah komet bernama 41P/Tuttle-Giacobini-Kresak melintas dengan jarak 20,9 juta kilometer dari Bumi dan bertepatan dengan April Mop, yakni pada 1 April. Itu merupakan jarak terdekat Komet 41P setelah sebelumnya pernah terjadi pada 1907.

Dikutip dari Space.com, Minggu (2/4/2017), komet tersebut dinamai dengan nama tiga penemunya, yakni Horace Tuttle, Michael Giacobini and L'ubor Kresák. Mereka melacak benda antariksa itu secara terpisah dalam kurun hampir satu abad.

Tuttle pertama kali mengetahui keberadaan komet tersebut pada 1858, ketika 41P pertama kali diidentifikasi sebagai komet periodik--memiliki periode revolusi mengelilingi Matahari.

Komet 41P kembali ditemukan pada 1907 oleh Gaicobini, namun masih tak terikat dengan objek yang pernah dilihat Tuttle pada 1858.

Astronom lain, Andrew Crommelin, kemudian mengaitkan dua pengamatan oleh Tuttle dan Giacobini dan memprediksi bahwa 41P akan kembali pada 1928 dan 1934. Namun menurut Cometography, objek itu tak terlihat.

Pada 9151, Kresak kembali menemukan Komet 41P dan menghubungkan dengan pengamatan sebelumnya. Saat itu identitas Komet 41P pun diresmikan.

Menurut NASA, komet 41P merupakan anggota keluarga komet Yupiter--garis edarnya dipengaruhi Yupiter--dan mengorbit Matahari setiap 5,4 tahun.

"Aspek penting dari komet keluarga Yupiter adalah banyak dari mereka yang belum dipekajari, terutama komposisi es di intinya, dibandingkan dengan komet dari Awan Oort (berada di tepi Tata Surya dan dikenal sebagai waduk komet)," ujar Michael DiSanti dari Goddard Space Flight Center NASA di Greenbelt, Maryland, dalam sebuah pernyataan.

Untuk mengamati sejumlah detail komet 41P, DiSanti akan menggunakan Infrared Telescope Facility di Hawaii. Ia juga melihat tanda-tanda semburan komet yang menawarkan petunjuk seberapa aktif objek tersebut.

"Komet adalah sisa-sisa dari awal Tata Surya," ujar DiSanti.

"Setiap komet yang masuk ke dalam lingkungan Bumi memberi kita kesempatan untuk menambah pemahaman tentang peristiwa yang menyebabkan pembentukan planet kita sendiri," imbuh dia.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya