Ini 3 Alasan yang Menguatkan AS untuk Serang Korut

Berikut sejumlah alasan yang menguatkan dugaan kemungkinan AS akan menyerang Korea Utara

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 17 Apr 2017, 13:30 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2017, 13:30 WIB
Kapal induk USS Carl Vinson
Kapal induk USS Carl Vinson (US Navy)

Liputan6.com, Jakarta Tensi politik dan militer antara Amerika Serikat dan Korea Utara pada awal tahun 2017 mengalami lonjakan eskalasi. 

Situasi tersebut bermula pada Februari 2017 hingga April 2017. Pada periode itu, rezim Kim Jong-un gencar melakukan aktivitas uji coba senjata misil dan hulu ledak nuklir.

Perkembangan terbaru adalah adanya sejumlah laporan yang menyebut bahwa Korea Utara akan melakukan uji coba misil nuklir pada perayaan Day of the Sun atau 105 tahun hari lahir Kim Il-sung, sang bapak bangsa Korea Utara.

Meski uji coba misil tetap dilakukan, namun dilaporkan bahwa tes senjata itu mengalami kegagalan. Rudal meledak sesaat setelah diluncurkan.

Namun, kegagalan ini bukan berarti sebuah kemunduran bagi Korea Utara. Sejarah menunjukkan, negara pimpinan Kim Jong-un itu beberapa kali sebelumnya telah melakukan tes senjata misil dengan hasil yang memuaskan. Kini, setidaknya ada tiga misil jarak jauh yang berstatus siap dioperasikan dan satu misil yang berada dalam tahap pengembangan.

Di saat yang bersamaan, AS yang khawatir dengan perkembangan persenjataan Korea Utara mulai melakukan persiapan, seperti mendekatkan kapal induk tempur ke perairan Korea Utara, menyiagakan alutsista di Korea Selatan serta Jepang, dan berusaha mencari dukungan Tiongkok.

Menilai perkembangan situasi tersebut, sejumlah pengamat memprediksi bahwa cepat atau lambat AS akan mengambil tindakan tegas kepada Korea Utara.

Berikut adalah 3 alasan yang menguatkan kemungkinan AS akan menyerang Korea Utara, seperti yang dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber:

1. Provokasi Korut

Korut luncurkan dua misil balistik, satu di antaranya meledak tak lama setelah meluncur, sedangkan satunya lagi jatuh di Perairan Jepang (BBC).

Negeri Paman Sam selalu 'panas' apabila mendapat informasi tentang uji coba misil nuklir Korea Utara. Tindakan tes senjata itu dinilai AS sebagai langkah provokasi yang terus-menerus dilakukan oleh Korea Utara -- sekaligus diperlakukan sebagai ancaman di kawasan. 

Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence menjelaskan bahwa, uji coba misil nuklir Korea Utara pada perayaan Day of the Sun 15 April 2017 lalu--meski gagal--menunjukkan sikap provokasi yang kerap dilakukan pemerintahan Kim Jong-un seperti yang diwartakan News.com.au., Senin, (17/4/2017).

Sebelumnya, Korea Utara juga telah melakukan sejumlah uji coba misil. Pada 24 Maret 2017, Kim Jong-un telah melakukan uji coba rudal Pukguksong-2. Untuk merespons tindakan Korea Utara yang dianggap sebagai provokasi itu, pada 9 April 2017, Washington memerintahkan sejumlah armada perang yang dipimpin kapal induk USS Carl Vinson untuk mendekat ke Semenanjung Korea.

Seperti yang dikutip CNN, Komandan Armada Perairan Pasifik AS Laksamana Harry Harris menjelaskan bahwa manuver pergerakan mendekat ke Semenanjung Korea itu dilakukan untuk membakas provokasi yang baru-baru saja dilakukan oleh Korea Utara.

2. AS Bisa Bertindak Sendiri Tanpa China

Presiden AS, Donald Trump menjabat tangan Presiden China, Xi Jinping saat jamuan makan malam di resor Mar a Lago, Florida, Kamis (6/4). Kedua pemimpin negara tersebut diagendakan akan menghabiskan waktu bersama secara privat. (AP Photo/Alex Brandon)

Sejak pertemuan Presiden Trump dengan Presiden China Xi Jinping pada 7 April 2017, dinamika hubungan Washington dengan Beijing memasuki babak baru, khususnya untuk persoalan Korea Utara.

Presiden AS ke-45 itu kerap menekan Tiongkok untuk bertindak tegas terhadap Pyongyang.

"Aku menjelaskan kepada Presiden China jika perjanjian perdagangan dengan AS akan jauh lebih baik untuk mereka apabila mereka menyelesaikan masalah Korea Utara...Korea Utara sedang mencari masalah. Jika China memutuskan untuk membantu, itu bagus. Jika tidak, kami akan selesaikan sendiri tanpa mereka! U.S.A." kicau Trump dalam akun Twitternya, @realDonaldTrump pada 11 April 2017, seperti yang dikutip CNN.

Menurut pernyataan yang diisukan oleh Kementerian Luar Negeri China, Presiden Negeri Tirai Bambu juga menginginkan agar Korut melucuti senjata nuklirnya serta mengusulkan perdamaian dan stabilitas internasional.

"China mengadvokasikan untuk menyelesaikan masalah melalui jalan damai, dan bersedia untuk menjalin komunikasi dan koordinasi dengan AS terhadap isu Semenanjung Korea," kata pernyataan pers Kementerian Luar Negeri China yang mengutip perkataan Presiden Xi Jinping.

Namun, hingga kini belum jelas apakah Washington dan Beijing memiliki cara pandang dan praktik politik yang sama untuk urusan Korea Utara.

Pada perkembangan situasi terakhir, Tiongkok telah mengirim 175.000 tentaranya ke perbatasan China-Korea Utara. Langkah ini sebagai respons atas kemungkinan masuknya pengungsi dari negara pimpinan Kim jong-un jika konflik terbuka dengan AS terjadi, khususnya pasca USS Carl Vinson dan sejumlah alutsista milik Gedung Putih disiagakan. Selain itu, Angkatan Laut China juga telah mengusir sejumlah kapal batu bara milik Pyongyang.

Dua situasi itu memicu Presiden Trump untuk mengklaim bahwa diplomasinya terkait Korea Utara dengan Presiden Xi Jinping berhasil.

Selain itu, pada Senin 17 April 2017, sejumlah atase tinggi AS dan Tiongkok dilaporkan mengadakan pertemuan untuk membicarakan sejumlah opsi terkait situasi Korea Utara, ujar penasihat keamanan nasional untuk Gedung Putih, Letjen H. R. McMaster, seperti yang diwartakan CNN. Meski dihindari, opsi militer tetap dijadikan salah satu pertimbangan dalam sejumlah negosiasi AS-China untuk persoalan Pyongyang.

3. Kemajuan Persenjataan Korut

Ambisi Korea Utara Punya Senjata Nuklir (Triyasni/Liputan6.com)

Pada perayaan Day of the Sun, Korea Utara memamerkan teknologi roket terbaru, KN-08 yang mampu menempuh jarak sejauh 11.265,5 kilometer. Rudal ini mampu diluncurkan dari Pyongyang ke Los Angeles, New York, atau bahkan Washington, D. C.

"Kita sungguh tertinggal sekarang," ujar Dave Schmerler, pakar politik internasional dari Middlebury Institute of International Studies in California, kepada The Wall Street Journal setelah melihat teknologi persenjataan tersebut pada parade perayaan Day of the Sun, seperti yang dikutip oleh News.com.au.

Rudal KN-14, dengan kemampuan destruktif yang serupa, juga turut ditunjukkan pada parade tersebut.

"Jika AS akan melakukan provokasi terhadap kami, serangan balik dari kami akan meluluh-lantahkan mereka," tutup Choe Ryong-Hae, atase militer Korea Utara.

Hingga kini, ada tiga misil Korea Utara yang berstatus siap dioperasikan. Rudal Nodong-1 dengan jarak tempuh hingga 1.300 km. Rudal Nodong-2 mampu menembak target pada hingga jarak 1.500km. Dan, rudal Taepodong-1 yang mampu mencapai jarak 2.000 km. 

Saksikan juga video berikut ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya