Liputan6.com, Beijing - Kementerian Luar Negeri China menjelaskan bahwa Presiden Xi Jinping dan Presiden Donald Trump mendiskusikan situasi di Korea Utara dan Suriah via sambungan telepon.
Presiden Trump dilaporkan beberapa kali menghubungi Xi melalui telepon dan meminta Negeri Tirai Bambu mengendalikan tetangganya, Korea Utara. Khususnya, ketika negeri pimpinan Kim Jong-un itu mulai memutakhirkan program hulu ledak nuklirnya sejak 2016 lalu.
Baca Juga
Saat ini, tensi di Semenanjung Korea tengah menegang. Pada Minggu, 9 April 2017 lalu, AS mengirim sejumlah kapal tempur untuk mendekat ke Semenanjung Korea, tak jauh dari wilayah perairan Korea Utara. Beberapa hari setelahnya, Tiongkok mengirim sekitar 150.000 pasukannya ke perbatasan China-Korut.
Advertisement
Isi pembicaraan melalui pesawat telepon itu sempat dirangkum dalam akun Twitter Trump.
"Aku menjelaskan kepada Presiden China jika perjanjian perdagangan dengan AS akan jauh lebih baik untuk mereka apabila mereka menyelesaikan masalah Korea Utara," kicau Trump dalam akun Twitternya, @realDonaldTrump pada 11 April 2017, seperti yang dikutip CNN, Rabu (12/4/2017).
Presiden AS ke-45 itu juga menegaskan akan mengambil langkah mandiri terhadap Korut apabila Xi memilih untuk abai.
"Korea Utara sedang mencari masalah. Jika China memutuskan untuk membantu, itu bagus. Jika tidak, kami akan selesaikan sendiri tanpa mereka! U.S.A.," tegas sang pebisnis ulung itu.
Menurut pernyataan yang diisukan oleh Kementerian Luar Negeri China, Presiden Negeri Tirai Bambu ingin Korut melucuti senjata nuklirnya serta mengusulkan perdamaian dan stabilitas internasional.
"China mengadvokasikan untuk menyelesaikan masalah melalui jalan damai, dan bersedia untuk menjalin komunikasi dan koordinasi dengan AS terhadap isu Semenanjung Korea," kata pernyataan pers Kementerian Luar Negeri China yang mengutip perkataan Presiden Xi Jinping.
Kedua pemimpin negara adidaya itu telah bertemu untuk pertama kalinya pada minggu lalu di villa mewah Trump di Mar-a-Lago, Florida, AS. Pertemuan itu terjadi bersamaan dengan serangan misil AS ke Shayrat, Suriah pada 7 April 2017.
"Penggunaan senjata kimia tidak dapat diterima. Kita harus mengikuti penyelesaian isu menggunakan jalan politik. Menjalin solidaritas dengan Dewan Keamanan PBB adalah yang penting dilakukan untuk mengatasi situasi di Suriah. Dan, aku berharap DKPBB mampu berbicara dengan satu suara," tutup Xi tentang pendapatnya soal situasi terbaru di Suriah.
[vidio:]()