Filipina Kuak Alasan di Balik Telepon Trump ke Duterte

Abella mengatakan bahwa Trump mengungkapkan harapannya untuk dapat mengunjungi Filipina pada November 2017.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 01 Mei 2017, 08:24 WIB
Diterbitkan 01 Mei 2017, 08:24 WIB
Presiden Filipina Rodrigo Duterte
Presiden Filipina Rodrigo Duterte (AP/Bullit Marquez)

Liputan6.com, Manila - Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menelepon Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, dan menyatakan komitmen Washington terhadap perjanjian aliansi serta tertarik untuk mengembangkan sebuah hubungan kerja sama yang hangat. Hal tersebut disampaikan oleh seorang pejabat Filipina.

Juru bicara kepresidenan Filipina, Ernie Abella, mengatakan, Trump mengungkapkan harapannya untuk dapat mengunjungi Filipina pada November 2017 dalam rangka KTT Asia Timur di mana negara itu menjadi tuan rumah. Abella juga membenarkan bahwa Trump mengundang Duterte untuk mengunjungi Gedung Putih.

"Diskusi yang terjalin antara kedua presiden berlangsung hangat, Presiden Trump mengungkapkan pemahaman dan apresiasinya terhadap tantangan yang dihadapi oleh Duterte, terutama dalam persoalan obat-obatan terlarang," ujar Abella seperti dikutip dari USA Today, Senin, (1/5/2017).

Tidak ada reaksi langsung dari pejabat Gedung Putih terkait deskripsi Abella.

Meski demikian, gambaran yang dilontarkan Abella mencerminkan ada perbedaan sikap Duterte terhadap Trump dan pendahulunya, Barack Obama. Duterte sempat beberapa kali melontarkan makian terhadap Obama mengingat Presiden ke-44 AS tersebut kerap mengkritik kebijakan antinarkobanya.

Selama bulan-bulan terakhir periode Obama, Duterte memilih untuk membangun hubungan ekonomi yang lebih dekat dengan China dan Rusia. Sementara, pria yang memiliki nama panggilan Digong itu berulang kali mengancam akan mengakhiri aliansi militernya yang telah berlangsung lama dengan AS.

Pada hari Minggu waktu Davao, tiga kapal Angkatan Laut China disambut di kota kelahiran Duterte tersebut. Ketika disinggung apakah kunjungan tersebut pertanda bahwa diplomasi Washington-Pyongyang berakhir, Jubir Departemen Pertahanan Nasional Arsenio Andolong mengatakan, "Kami tidak berpaling dari AS, tapi kami memperluas hubungan kami dengan sesama bangsa di dunia global."

Menyangkut ketegangan di Semenanjung Korea, Duterte berpendapat, AS harus mundur dari medan perselisihan yang terus meningkat belakangan. Ini bukannya menyerah, melainkan demi menghindari risiko bencana nuklir yang dapat melemahkan Asia.

Disampaikan pula oleh Duterte, Washington harusnya tidak memainkan peran dalam memprovokasi pemimpin Korut Kim Jong-un

"Ini sesuai dengan Amerika, yang memegang tongkat terbesar, bersikap hati-hatilah dan sabar. Kita tahu bahwa kita bermain dengan seseorang yang senang melepas rudal dan segalanya," ungkap Presiden Filipina tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya