Rudal Korut Sengaja Digagalkan karena Salah Arah Menuju Rusia?

Sebuah tes misil Korea Utara dilaporkan sengaja digagalkan karena akan menuju wilayah Rusia.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 04 Mei 2017, 15:00 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2017, 15:00 WIB
Kim Jong Un Unjuk Kekuatan Luncurkan Rudal
Seorang pria menonton berita TV yang menunjukkan peluncuran Rudal Pukguksong-2, Seoul, Korea Selatan, Senin (13/2). KCNA menyebut rudal Pukguksong-2 sebagai "senjata strategis jenis baru gaya Korea" yang telah dikembangkan. (AP Photo / Ahn Young-joon)

Liputan6.com, Pyongyang - Sebuah tes rudal Korea Utara dilaporkan akan mengarah ke Rusia jika tidak digagalkan dan diledakkan di awal perjalanan.

Seorang atase pemerintah AS mengatakan bahwa rudal jarak menengah ditembakkan dari sebuah wilayah utara di Pyongyang dan meledak beberapa menit setelah peluncuran.

Rudal tersebut berjenis jarak menengah KN-17 yang meledak dan jatuh di Laut Jepang.

Meski begitu, rudal tersebut hanya jatuh di wilayah perairan Korea Utara dan tak masuk ke dalam wilayah perairan negara lain.

Menurut laporan Seoul Economic Daily pada 30 April 2017 rudal tersebut telah melintas sejauh 48 kilometer sebelum diledakkan oleh seorang operator karena takut akan menyasar ke wilayah Rusia.

"Jika rudal balistik yang terbang ke arah timur laut tidak digagalkan, maka akan mencapai wilayah teritorial Rusia. Oleh sebab itu, Korea Utara sengaja menghancurkan rudal tersebut," tulis Seoul Economic Daily seperti yang dikutip The Independent, Rabu (3/5/2017).

Kantor berita asal Korea Selatan itu juga mengutip seorang informan yang menjelaskan bahwa rudal mengalami malfungsi koordinat sasaran.

"(Rudal) itu berubah arah dari yang telah ditetapkan sebelumnya. Saat itu, kami menembakkan 89 hingga 90 derajat ke timur, tapi proyektilnya jatuh di timur laut dengan sudut koordinat 49 derajat," seperti yang ditulis Seoul Economic Day.

Ketua Komite Pertahanan dan Keamanan Rusia Viktor Ozerov menjelaskan bahwa sistem pertahanan udara Negeri Beruang Merah di wilayah timur tengah disiagakan.

"Pertahanan udara di bagian Timur Jauh Rusia telah disiagakan. Kami mengendalikan dan bertanggung jawab atas wilayah udara Rusia," ujar Ozerov.

Awal minggu Mei 2017, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat untuk melakukan langkah diplomatik untuk isu Korea Utara.

"Keduanya telah berbicara untuk menyelesaikan situasi Korea Utara sebaik-baiknya," ujar atase Gedung Putih.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya