Protes Anti-Erdogan di Washington Ricuh, 2 Orang Dilarikan ke RS

Keributan terjadi antara massa penentang dan pendukung serta pengawal Erdogan di luar kediaman dubes Turki di Washington.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 17 Mei 2017, 12:33 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2017, 12:33 WIB
Polisi mengamankan lokasi di luar kediaman dubes Turki di Washington, AS, di tengah lawatan Presiden Recep Tayyip Erdogan
Polisi mengamankan lokasi di luar kediaman dubes Turki di Washington, AS, di tengah lawatan Presiden Recep Tayyip Erdogan (AFP/Dave Clark)

Liputan6.com, Washington, DC - Sembilan orang terluka dan dua lainnya ditangkap saat terjadi demonstrasi berujung ricuh di kediaman duta besar Turki di Washington DC, Amerika Serikat.

Doug Buchanan, juru bicara DC Fire and EMS via telepon mengatakan, dua orang terluka parah dan dilarikan ke rumah sakit menggunakan ambulans. Ia menjelaskan, petugas layanan darurat dipanggil ke lokasi kejadian sekitar pukul 16.30 waktu setempat.

Seperti dilansir The Guardian, Rabu (17/5/2017), saksi mata mengatakan, keributan pecah saat pengawal Presiden Erdogan menyerang pengunjuk rasa yang membawa bendera Democratic Union Party (PYD) di luar kediaman Dubes Turki tersebut.

Sebuah stasiun televisi lokal yang berafiliasi dengan NBC melaporkan bahwa Erdogan berada di dalam gedung pada saat kejadian.

Juru bicara Kepolisian Metro Dustin Sternbeck mengatakan, kerusuhan terjadi di antara dua kelompok, tapi ia tidak menjelaskan situasinya lebih detail. Ia hanya mengatakan dua orang ditangkap, termasuk di antaranya satu orang yang diduga melakukan penyerangan terhadap seorang petugas polisi.

Sementara itu, Daily Mail memuat dalam laporannya, bentrokan pecah antara kelompok penentang dan pengawal serta pendukung Erdogan.

Flint Arthur, seorang pengunjuk rasa yang menentang Erdogan menerangkan demonstrasi dilakukan "untuk memprotes kebijakan Turki di Suriah dan Irak."

"Mereka pikir bisa melakukan tekanan yang sama terhadap demonstrasi dan kebebasan berbicara seperti yang mereka lakukan di Turki. Mereka menghentikan kami selama beberapa menit, namun kami bertahan dan terus memprotes tirani Erdogan," ujar Arthur.

Peristiwa ini terjadi di hari yang sama ketika Presiden Donald Trump menyambut Erdogan di Gedung Putih. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri menolak mengomentari insiden ini.

Dalam pertemuan Trump dan Erdogan, keduanya berjanji untuk memperkuat hubungan yang sempat diwarnai ketegangan akibat dipicu sejumlah isu. AS diketahui menolak mengekstradisi Fethullah Gulen, ulama Turki yang dituduh mendalangi kudeta militer gagal tahun 2016.

Tensi meningkat ketika AS mengumumkan akan memasok senjata dan peralatan militer ke militan Kurdi yang memerangi ISIS di Suriah. Rencana ini telah disetujui Trump.

Pertemuan Erdogan dan Trump dinilai membawa hubungan kedua negara memasuki babak baru, terutama dalam posisi keduanya sebagai sekutu dalam memerangi ISIS di Suriah dan Irak.

Saksikan juga video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya