Bukan Alien, Ini Ancaman Makhluk Mutan dari Angkasa Luar ke Bumi

Sebuah koloni mutan mengancam dunia sekembalinya astronot ke Bumi. Siapa mereka?

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 04 Jun 2017, 20:24 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2017, 20:24 WIB
bakteri
Ilustrasi bakteri luar angkasa. (Foto: Mirror)

Liputan6.com, Houston - Lupakan makhluk aneh dan mematikan dalam film Predators dan Alien. Ternyata, apapun yang ditakuti dalam kedua film besutan Hollywood itu sama sekali bukan ancaman nyata bagi angkasa luar dan Bumi.

Para astronot penjelajah angkasa luar kini tengah menghadapi bahaya sesungguhnya, yaitu mutan.

Mutan itu berupa bakteri yang berkembang biak dengan cepat. Demikian seperti dikutip dari News.com.au pada Minggu (4/6/2017).

Temuan mutan bakteri itu ditemukan para peneliti dari University of Houston. Bakteri itu bermutasi dalam kondisi tak terpengaruh oleh tingkat gravitasi atau disebut sebagai makhluk mikro-graviti.

Memang mereka belum menjadi monster raksasa yang mampu membunuh. Namun, bakteri itu memiliki kecepatan untuk menggandakan diri mereka mengancam mesin pesawat angkasa luar.

Ini adalah masalah yang tengah dihadapi awak International Space Station (ISS). Bakteri yang tebal dan lengket kini tengah melapisi peralatan mereka.

Dan badan antariksa mulai khawatir akan dampak bakteri itu terhadap kesehatan astronot.

"Dalam kombinasi dengan peningkatan risiko terhadap manusia, bakteri yang terpapar pada lingkungan yang sama, dapat menjadi lebih ganas dan atau tahan antibiotik akibat paparan terhadap induksi lingkungan itu," tulis para peneliti.

Atau dengan kata lain, para ilmuan khawatir dengan bakteri mutan pembunuh yang bisa mengambil alih ISS.

Para periset, yang mempublikasikan hasilnya di jurnal ilmiah NPJ Microgravity, tidak tahu mengapa bakteri merespons dengan cara ini.

Tapi mereka telah dengan hati-hati mengamati bakteri yang diberi nama Escherichia Coli tinggal di luar angkasa selama lebih dari 1.000 generasi (tidak terlalu lama jika dibandingkan dengan manusia hidup).

Pada saat itu, mereka memberi tahu kepada New Scientist, bakteri tersebut setidaknya telah bermutasi.

Paling tidak, begitulah perubahan yang ditemukan peneliti dalam DNA mereka.

Dan tingkat pertumbuhan mereka terlihat kira-kira tiga kali lipat di atas saudara-saudara mereka yang berbasis di tanah.

Penelitian lain telah menunjukkan, pertumbuhan bakteri memiliki akselerasi serupa di ruang angkasa. Tapi tidak secepat tiga kali lipat dalam penelitian terbaru.

Yang para peneliti khawatirkan adalah, mereka tidak mengetahui apa yang pemicu ekspansi koloni bakteri itu. Namun, sekembalinya wahana ISS ke Bumi, bakteri mutan yang menempel pada badan pesawat itu akan makin produktif berkembang biak.

Jadi perubahan DNA mereka bisa menjadi permanen. Dan itu bisa menjadi masalah jika astronot yang kembali ke Bumi tidak menyadari keberadaan mereka.

"Kami, pada kenyataannya, melihat perubahan genomik sejati - perubahan permanen," peneliti University of Houston George Fox mengatakan kepada New Scientist.

"Selanjutnya kita perlu mencari tahu persis perubahan apa yang sedang dilakukan."

Jadi apakah E.coli yang berhasil kabur ke selokan di Bumi, menunggu waktunya untuk menguasai dunia? Jawabannya tidak.

Para periset meyakinkan kita bahwa resistensi terhadap antibiotik bukanlah salah satu mutasi yang tercatat. Dengan demikian, jika mikro-graviti bakteria berubah menjadi superbug, antibiotik masih menjadi obat penawar untuk memusnahkan mereka.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya