Ilmuwan Ungkap Sains di Balik Ikatan Emosi dengan Lagu Romantis

Ilmuwan mengungkap alasan mengapa kita merasakan adanya ikatan emosional dengan lagu yang mengiringi saat kita jatuh cinta dan sakit hati.

oleh Citra Dewi diperbarui 12 Jun 2017, 06:48 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2017, 06:48 WIB
Pasangan Harmonis
Ilustrasi Foto Pasangan Harmonis (iStockphoto)

Liputan6.com, Sydney - Pikirkanlah sebuah lagu yang telah menjadi semacam soundtrack bagi Anda saat jatuh cinta atau mengobati rasa sakit hati. Mengapa kita merasakan ikatan emosional dengan musik tersebut?

Pada tahun 1990-an, pakar psikologi Profesor Adrian North dari Curtin University melakukan penelitian soal musik yang dianggap romantis.

Dia bertanya kepada ratusan mahasiswa psikologi mengenai jenis musik yang ingin mereka dengarkan dalam 17 jenis situasi sosial berbeda, termasuk makan malam di bawah temaram cahaya lilin yang romantis.

Secara mengejutkan tanggapan para mahasiswa ternyata sangat seragam. Untuk kencan romantis mereka ingin mendengar musik yang lebih tenang dan lebih lambat, dengan nada menenangkan.

"Sangat menarik mengetahui betapa banyak kesepakatan mengenai jenis musik yang ingin mereka dengarkan," ujar North seperti dikutip dari Australia Plus, Senin (12/6/2017).

Namun Prof North mempertanyakan apakah mahasiswanya hanya menyuarakan stereotipe budaya tahun 1990-an tentang gambaran musik romantis -- lantaran mereka dijejali film, iklan dan perusahaan rekaman.

Dasar Biologis

Menurut seorang psikolog dari Western Sydney University, Sandra Garrido, kemungkinan preferensi musik kita dipengaruhi oleh imperatif evolusioner yang lebih dalam. Ia meyakini hal tersebut berkaitan dengan bagaimana musik bisa mengkomunikasikan emosi di dalam suara manusia.

"Kita secara evolusioner diprogram untuk menanggapi isyarat tertentu di dalam suara manusia dan menanggapinya sebagai ekspresi emosi tertentu," kata Garrido.

"Ketika ciri-ciri yang sama terjadi di dalam musik, kita meresponsnya dengan cara yang sama, seolah-olah dilakukan oleh seseorang yang berada di hadapan kita."

Dr Garrido mengatakan, suara manusia memiliki modulasi yang lebih rendah dan lebih monoton dalam mengkomunikasikan kesedihan. Hal itu berarti kita melihat musik yang meniru kontur tersebut juga sebagai hal yang menyedihkan.

Sementara itu studi menunjukkan, manusia telah berevolusi dengan mendapati suara bertekanan rendah merupakan hal yang seksi. Musik yang meniru nada rendah bisa membangkitkan perasaan serupa.

"Ketika seseorang merasa seksi, suara mereka pada umumnya memiliki lengkingan yang lebih rendah," kata Dr Garrido. "Dan musik dengan nada rendah dan tempo yang lambat namun berirama dilihat sebagai sesuatu yang romantis dan seksi."

Musik Apa yang Romantis?

Manusia dan musik yang diciptakan telah mengalami perkembangan yang sangat jauh. Preferensi terhadap gaya musik tertentu yang dianggap romantis, cenderung kecil kemungkinannya untuk berlaku secara universal.

"Ada perbedaan yang mempengaruhi respons kita terhadap musik," kata Garrido.

Cara kita memandang musik dan lirik juga dipengaruhi oleh pengalaman, kenangan, asosiasi dan selera kita. "Jadi hal ini benar-benar sangat subjektif," ujar dia.

Penelitian yang dilakukan Garrido baru-baru ini menunjukkan bahwa orang tak membatasi genre lagu untuk situasi romantis. Bahkan ada beberapa di antara mereka yang menyebut musik hard rock dan metal.

"Jadi trik dalam situasi berkencan adalah, Anda harus memastikan bahwa orang yang Anda rayu memiliki selera musik yang sama. Jika tidak, musik itu tidak akan memberi efek seperti yang anda inginkan," ujar Garrido.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya