KBRI Pantau Dugaan Korban WNI di Kebakaran Apartemen London

KBRI tengah memantau dan memastikan terkait kemungkinan ada tidaknya WNI yang menjadi korban di kebakaran Apartemen Greenfell, London.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 14 Jun 2017, 16:00 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2017, 16:00 WIB
Gedung Apartemen 24 Lantai di London Dilalap Api
Asap dan api menyelimuti sebuah apartemen bertingkat 27 lantai yang terbakar di London (14/6). Gedung apartemen tersebut terbakar mulai dari lantai dua hingga puncak bangunan. (AP Photo/Matt Dunham)

Liputan6.com, London - London kembali ditimpa nestapa. Kali ini, kebakaran besar melanda sebuah blok apartemen bernama Greenfell Tower Apartment di Latimer Street, dekat Notting Hill, London Barat.

Kebakaran itu terjadi sekitar pukul 01.15 waktu setempat pada Rabu 14 Juni 2017, setelah dinas pemadam kebakaran London menerima panggilan darurat terkait api yang melalap hebat blok Apartemen Greenfell.

Hingga berita ini turun, London Ambulance Service menyatakan ada sekitar 30 korban yang dilarikan ke lima rumah sakit yang berbeda. Selain itu, 200 pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan api.

Kedutaan Besar Republik Indonesia di London mengabarkan bahwa pihaknya turut memantau serta memeriksa ada  tidaknya WNI yang mungkin menjadi korban dalam peristiwa kebakaran apartemen 24 lantai tersebut. Informasi itu disampaikan oleh Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya KBRI London.

"Kami masih pantau perkembangan situasi di sana. Terkait WNI yang menjadi korban, kami masih menunggu laporan dari Kepolisian London," kata Dethi Silvidah Gani, Sekretaris Kedua Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya (Pensosbud) KBRI London melalui pesan singkat kepada Liputan6.com, Rabu (14/6/2017).

"Karena di sini sistemnya adalah pihak kepolisian yang menghubungi pihak kedutaan terkait, jika sekiranya ada warga negara asing yang menjadi korban. Jadi kita masih menunggu dan sambil berdoa agar tidak ada WNI yang menjadi korban," tambahnya.

Tak hanya menunggu laporan kepolisian, pihak KBRI London juga ikut memeriksa data internal tentang lapor diri WNI yang berisi keterangan informasi umum, seperti alamat tempat tinggal. Melalui pemeriksaan itu, pihak kedutaan mampu memastikan mengenai ada tidaknya WNI yang menjadi penghuni di Apartemen Greenfell.

"KBRI London juga sedang melakukan pengecekan mengenai data lapor diri WNI. Lapor diri itu harus cantumkan alamat terbaru. Kita coba cek lewat itu juga. Tapi mungkin ada perubahan tempat tinggal dan kemudian mereka tidak melaporkan ke kedutaan. Jadi ada kendala juga," tambah Dethi.

"Kami juga tidak menutup kemungkinan ada WNI yang sedang menginap atau tinggal sementara di gedung tersebut. Semoga aman-aman saja," kata sang Sekretaris Kedua Pensosbud KBRI London itu.

Apartemen yang Banyak Dihuni Imigran Timur Tengah dan Afrika

Kedutaan Besar RI di London menyebut bahwa Apartemen Greenfell merupakan lokasi hunian subsidi dari pemerintah London yang dikhususkan untuk masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Tak hanya itu, hunian bertingkat itu banyak diisi oleh penghuni imigran yang berasal dari kawasan Timur Tengah dan Afrika.

"(Apartemen Greenfell) Kita sebutnya semacam rusun kalo di Indonesia dan milik pemerintah, bantuan untuk warga yang kurang mampu. Menurut kabar yang kami peroleh, hunian itu dan sejumlah gedung lain di kawasan yang sama, banyak diisi oleh pendatang dari Timur Tengah dan Afrika," kata Sekretaris Kedua Pensosbud KBRI London Dethi Silvidah Gani kepada Liputan6.com.

Dengan biaya sewa berkisar 1.900 Poundsterling perbulannya, Apartemen Greenfell menjadi hunian yang terjangkau untuk masyarakat dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah.

"Biaya segitu termasuk murah jika dibandingkan dengan kompleks hunian lain di London atau bahkan di gedung lain yang dekat dari Greenfell. Di Notting Hill misalnya, gak jauh dari Greenfell, itu jauh lebih mahal. Jadi, Greenfell cocok untuk yang kalangan seperti itu," tambah Dethi.

Laporan The Guardian menambahkan, blok Apartemen Greenfell Tower dibangun pada 1970-an sebagai bagian dari Proyek Lancaster West Estate.

Apartemen itu akan dibangun ulang dengan nilai proyek US$10,9 juta. Menurut laman properti RightMove, harga sewa rata-rata per kamar sekitar US$ 2.500 (setara 1.900 poundsterling) per bulan. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya