Donald Trump Beri Peringatan Terakhir terhadap Korea Utara

Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan mengambil langkah tegas atas aksi brutal Korut.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 02 Jul 2017, 11:00 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2017, 11:00 WIB
Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di Gedung Putih (AFP)
Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di Gedung Putih (AFP)

Liputan6.com, Washington D.C - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengaku geram dengan tingkah bebal yang ditunjukkan oleh Korea Utara selama ini. Trump sudah habis kesabaran dan mengatakan, berbagai macam langkah strategis telah diambil. Kini, pihaknya akan mengambil sebuah respons tegas untuk memberhentikan aksi brutal Korut.

Hal itu Trump ungkapkan saat menggelar konferensi pers bersama Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.

"Bersama-sama kita akan menghadapi ancaman rezim sembrono dan brutal itu," kata Trump. 

Dikutip dari laman BBC, Minggu (2/7/2017), pihak Gedung Putih meminta Pyongyang untuk segera bertobat sesegera mungkin.

Secara terpisah, Moon mengatakan bahwa pihaknya akan terus melakukan upaya dialog dengan pemimpin Korea Utara tersebut.

Tak hanya berdialog, langkah lainnya yang akan diambil Korsel, yaitu melakukan reformasi pertahanan dan terus membangun kapasitas untuk mempertahankan negaranya.

Moon juga mengatakan, isu Korea Utara menjadi prioritas utama dalam perundingannya bersama AS. Presiden Korsel itu pun juga menekankan bahwa keamanan yang kuatlah yang dapat mewujudkan perdamaian sejati di kawasan Asia Pasifik.

Dari Gedung Putih, Trump mengatakan, "Era kesabaran strategis terhadap rezim Korea Utara telah gagal, bertahun-tahun telah kami lakukan masih saja tetap gagal. Terus terang kesabaran itu telah berakhir," ujar Trump.

Pemimpin AS itu juga mengatakan bahwa Washington telah membangun kerja sama dengan Korea Selatan dan Jepang serta mitra lainnya yang tersebar di seluruh dunia.

Kerja sama itu berkaitan dengan langkah diplomatik, keamanan, dan ekonomi guna melindungi sekutunya dan warga-warganya dari ancaman brutal Korea Utara.

Hal itu terjadi setelah AS mengumumkan sanksi kepada bank di China yang dituduh telah melakukan pencucian uang Korut, yang memicu kemarahan dari pihak China.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri mendesak AS untuk menghentikan tindakan salahnya agar tak membahayakan hubungan kerja sama antar-kedua negara.

Amerika Serikat kemudian mengeluarkan daftar hitam, termasuk sanksi terhadap perusahaan pelayaran China, termasuk dua orang warga negaranya. Hal itu bertujuan untuk memotong dana program senjata di Korea Utara.

"Kami akan terus mengikuti aliran dana tersebut dan memotong uangnya," kata Menteri Keuangan Steve Mnuchin dalam sebuah konferensi pers.

Namun, ia mengatakan, langkah tersebut bukanlah sebuah tanggapan terhadap tindakan China terhadap Korea Utara, melainkan hanya ditujukan kepada pihak bank, individu, dan entitas di China.

Pihak Washington pun telah mendorong Beijing untuk melakukan tindakan lebih keras di tengah serangkaian uji coba rudal yang dilakukan oleh Korea Utara. Namun, dalam sebuah kicauannya di media sosial, Trump mengatakan bahwa hal tersebut juga tak berhasil dan berkata bahwa China pun sudah lelah dengan aksi brutalnya.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya