Sempat Meninggal Selama 40 Menit, Pria AS Hidup Kembali

Detak jantung John Ogburn sempat terhenti selama 40 menit setelah serangan jantung saat tengah bekerja.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 18 Jul 2017, 14:00 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2017, 14:00 WIB
John Ogburn tengah berfoto bersama dua anggota kepolisian yang menyelamatkan hidupnya (dokumentasi keluarga John Ogburn)
John Ogburn tengah berfoto bersama dua anggota kepolisian yang menyelamatkan hidupnya (dokumentasi keluarga John Ogburn)

Liputan6.com, Raleigh - Maut selalu mengintai. Tak ada yang tahu pasti kapan ajal akan datang menjemput. Begitulah hal yang dirasakan oleh John Ogburn--yang kembali hidup setelah detak jantungnya sempat terhenti selama 40 menit.

Dikutip dari laman BBC, Selasa (18/7/2017), pria berusia 36 tahun itu mendadak terkena serangan jantung saat tengah mengerjakan tugas dengan laptopnya. Peristiwa ini terjadi pada 26 Juni 2017 di kediamannya di North Carolina, Amerika Serikat.

Dua anggota kepolisian yang kebetulan tengah berjaga di dekat rumah Ogburn segera mengambil tindakan resusitasi jantung (CPR).

Resusitasi jantung adalah sebuah prosedur medis yang melibatkan kompresi berulang pada dada pasien. Hal ini dilakukan dalam upaya mengembalikan sirkulasi darah dan pernapasan seseorang yang telah menderita serangan jantung.

Kedua petugas kepolisian itu secara bergantian menghidupkan kembali ayah dari tiga tersebut.

Setelah melakukan CPR selama 40 menit secara bergantian, tiba-tiba Ogburn menunjukkan tanda-tanda hidup kembali.

Saat detak jantung mulai dirasa, kedua polisi itu segera melarikan Ogburn ke rumah sakit. Setiba di ruang perawatan, tim medis melakukan tindakan agar pasien dapat kembali sadar.

Setelah menjalani perawatan selama satu minggu, Ogburn mulai siuman dan tak disarankan untuk kembali bekerja. Selain itu, dokter juga menyarankan agar pasien tak mengemudi selama enam bulan ke depan karena kondisinya yang masih dianggap lemah.

"Saya sudah merasa lebih baik, meski energi saya belum pulih seutuhnya," ujar Ogburn.

"Saya mengira, rutinitas yang selalu berubah-ubah membuat detak jantung saya terhenti," tambahnya.

Dari kejadian tersebut, Ogburn ingin memanfaatkan kesempatan kedua yang telah diberikan oleh Tuhan kepada dirinya.

Tak hanya itu, Ogburn juga merasa berutang budi kepada dua anggota kepolisian yang telah menyelamatkan nyawanya.

Menanggapi hal tersebut, Dr Michael Kurz dari asosiasi profesor di University of Alabama School of Medicine mengatakan, "Apabila detak jantung berhenti dan CPR tak segera dilakukan maka kesempatan bertahan hidup bagi seseorang akan berkurang 10 persen."

Dr Michael Kurz juga mengatakan, lebih dari 350 ribu kasus serangan jantung di luar rumah sakit terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya. Sekitar 90 persen di antaranya meninggal dunia karena tak mendapatkan pertolongan CPR.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya