Menlu Retno: Marawi Jadi Peringatan Kehadiran ISIS di ASEAN

Menurut Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, apa yang terjadi di Marawi merupakan sebuah peringatan.

oleh Citra Dewi diperbarui 05 Agu 2017, 16:17 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2017, 16:17 WIB
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan mengenai kuota haji. (Liputan6.com/Ahmad Romadoni)

Liputan6.com, Jakarta Dimulai sejak 23 Mei 2017, pertempuran di Marawi Filipina hingga kini belum usai. Menurut data Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) per 3 Agustus, jumlah korban sipil yang tewas di tangan teroris sebanyak 45 jiwa.

Sejumlah bangunan pun rusak akibat serangan para militan Maute yang terkait dengan ISIS tersebut. Ratusan ribu warga di kota tersebut pun melarikan diri dan mencari tempat-tempat yang aman.

Beberapa hari yang lalu, Jaksa Agung Australia George Brandis mengatakan, semakin hilangnya wilayah ISIS di Timur Tengah dan adanya ancaman seiring kepulangan militan asing ke kawasan, termasuk Indonesia.

"Militan telah kembali dari zona konflik dan akan memiliki kemampuan dan kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan kekerasan dan menimbulkan ancaman serius di kawasan kita," ujar Brandis.

"ISIS telah mendeklarasikan keinginan untuk mendirikan negara khilafah regional dan situasi yang berkembang sekarang di bagian selatan Filipina merupakan kekhawatiran yang besar," imbuh dia.

Beberapa negara yang berbatasan dengan Filipina pun dibuat khawatir dengan hal tersebut. Menurut Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, apa yang terjadi di Marawi merupakan sebuah peringatan.

"Marawi merupakan wake up call (peringatan), bahwa sudah mulai terjadinya regionalisasi dari pengaruh ISIS di kawasan," ujar Retno dalam press briefing di sela-sela rangkaian kegiatan ASEAN Foreign Ministers' Meeting di Manila, Jumat (4/8/2017).

Dengan adanya hal tersebut, Retno mengatakan bahwa yang saat ini perlu ditekankan adalah soal perang melawan terorisme atau biasa disebut dengan counter-terrorism.

"Tetapi yang perlu kita tekankan adalah untuk memerangi terorisme, karena kita sudah ada konvensinya, lalu kita melakukan kerja sama dengan Mitra Wicara mengenai masalah tersebut," kata Retno.

"Jadi kita bicara lebih ke konteks bagaimana ASEAN bekerja sama dengan Mitra Wicaranya memperkuat kerja sama untuk counter-terorism. Sehingga apa yang terjadi di Marawi, tidak akan terulang lagi," imbuh dia.⁠⁠⁠⁠

 

 

Saksikan video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya