Boko Haram Kian Gencar Jadikan Anak-Anak Bomber Bunuh Diri

UNICEF menyebut ada 83 kasus pada 2017 di mana anak-anak dijadikan bomber oleh Boko Haram. Jumlah itu 4 kali lebih tinggi dibanding 2016.

oleh Citra Dewi diperbarui 23 Agu 2017, 14:00 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2017, 14:00 WIB
Ditukar dengan Tahanan, 82 Gadis Korban Boko Haram Dibebaskan
Sejumlah gadis sekolah Chibok menunggu untuk bertemu Presiden Muhammadu Buhari di Abuja, Nigeria (7/5). 82 gadis yang dibebaskan itu ditemukan dekat kota Banki di Negara Bagian Borno, dekat perbatasan dengan Kamerun. (AP Photo/Olamikan Gbemiga)

Liputan6.com, Madagali - Penggunaan anak-anak sebagai bomber oleh kelompok militan Boko Haram di Nigeria meningkat tajam.

Organisasi PBB yang berkonsentrasi pada kesejahteraan anak, UNICEF, melaporkan terdapat 83 kasus pada tahun ini. Angka tersebut empat kali lebih tinggi dibanding tahun lalu.

Dari jumlah tersebut, terdapat 55 anak perempuan yang berusia di bawah 15 tahun. Dalam satu kasus, sebuah bom bahkan diikatkan ke seorang bayi yang dibawa oleh seorang perempuan.

UNICEF mengatakan, cara yang dilakukan Boko Haram itu merupakan hal keji yang menimbulkan ketakutan dan kecurigaan terhadap anak-anak.

Menurut UNCEF, 124 anak-anak telah digunakan sebagai bomber di Nigeria sejak 2014.

Dikutip dari BBC, Rabu (23/8/2017), Boko Haram telah dikenal memanfaatkan anak-anak dalam melakukan aksinya. Kelompok teror itu telah menculik ratusan siswi dan secara paksa merekrut anak laki-laki sebagai militannya.

Pada pertengahan Januari 2017, sebuah serangan di Madagali, Nigeria, dilakukan oleh dua bomber perempuan yang menggendong bayi. Peristiwa itu menewaskan dua pelaku, bayi yang dibawanya, dan empat orang lainnya.

Para bomber perempuan yang membawa bayi itu berhasil melewati pos pemeriksaan karena disangka warga sipil.

Meski modus serangan dengan media perempuan sebelumnya telah terjadi di Nigeria, para pejabat mengatakan bahwa penggunaan bayi mengarah pada tren baru yang membahayakan.

ISIS Lakukan Hal Serupa

Penggunaan anak-anak sebagai bomber bunuh diri juga dilakukan oleh kelompok teroris ISIS

Hal itu terungkap kala seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun, Talha Asmal, meledakkan diri bersama empat orang lainnya di dekat kilang minyak di selatan Baiji, Irak, pada Juni 2015.

Kabar bahwa ia tewas sebagai bomber terungkap dari laporan sosial media terkait ISIS yang menyebut Asmal -- yang punya nama alias Abu Yusuf al-Britani -- tewas dalam insiden tersebut.

Pemuda asal West Yorkshire itu adalah bomber bunuh diri termuda dari Inggris. Sebelumnya, ada Hasib Hussein, yang hampir berusia 19 tahun saat meledakkan diri di sebuah bus di London pada 7 Juli 2005.

Talha Asmal, bomber ISIS asal Inggris

Kabar kematian Asmal membuat hati keluarganya hancur. "Talha Asmal adalah remaja penyayang, baik, perhatian, juga ramah," demikian pernyataan pihak keluarga.

Pada Desember 2016, seorang jaksa Jerman tengah menyelidiki insiden di mana anak berusia 12 tahun diduga merencanakan serangan bom paku di sebuah pasar Natal Ludwigshafen.

Penyelidik mengatakan bahwa bocah yang memiliki kewarganegaraan ganda, Jerman dan Irak, itu dipandu oleh anggota dari organisasi teroris ISIS.

Selain itu ada juga laporan bahwa upaya bocah "pengantin ISIS" -- sebutan untuk bomber ISIS -- untuk meledakkan bom di sebuah pasar Natal lokal pada 26 November juga gagal. Saat itu, ia membawa perangkat peledak yang terdiri dari toples yang diisi dengan bubuk kembang api dan dilengkapi dengan paku.

 

Simak video berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya