Ketua HAM Myanmar: Kirim Relawan Perang Perkeruh Krisis Rohingya

Direktur Eksekutif BHRN menyebut perang terbuka terhadap militer Myanmar justru memperkeruh masalah Rohingya. Apa alasannya?

oleh Citra Dewi diperbarui 15 Sep 2017, 13:30 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2017, 13:30 WIB
Rohingya
Sebuah rumah terbakar di desa Gawdu Zara, negara bagian Rakhine utara, Myanmar, (7/9). Seorang wartawan melihat api membakar rumah di desa yang ditinggalkan oleh Muslim Rohingya. (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Krisis kemanusiaan Rohingya hingga kini masih berlangsung. Menurut laporan, sekitar 370 ribu warga Rohingya telah melarikan diri dari Rakhine, Myanmar, ke Bangladesh sejak gelombang kekerasan kembali merebak bulan lalu.

Menurut sejumlah laporan, sebagian besar rumah di Rakhine telah rata dengan tanah. Mereka yang mencoba melarikan diri harus menghadapi sejumlah bahaya, termasuk ranjau darat.

Sebagai respons atas penderitaan yang dirasakan etnis Rohingya, pada 13 September 2017, Presiden Indonesia Joko Widodo secara resmi melepas bantuan kemanusiaan. Bantuan ini diangkut menggunakan empat pesawat Hercules TNI AU menuju lokasi pengungsian di Bangladesh.

Selain bantuan fisik, Indonesia juga berupaya menempuh jalur diplomasi. Pada 3 September, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bertolak ke Myanmar untuk bertemu dengan sejumlah pejabat negara, termasuk State Counsellor Aung San Suu Kyi.

Sementara itu, pekan lalu, sebuah organisasi keagamaan berencana mengirimkan relawan ke Myanmar. Mereka menyebut ada hampir 10 ribu relawan yang telah mendaftar dan siap melakukan perang terbuka jika pemerintah Myanmar tak sanggup menghentikan krisis.

Namun, menurut Direktur Eksekutif Burma Human Rights Network (BHRN), Kyaw Win, langkah untuk mengirimkan rewalawan untuk perang terbuka tersebut justru akan memperkeruh keadaan.

"Militer di Myanmar akan sangat senang jika Anda bergabung dalam jihad (perang terbuka), mereka akan sangat terbuka menerimanya. Dengan itu, mereka dapat membuktikan kepada komunitas internasional soal adanya ancaman ISIS yang nyata," ujar Kyaw Win di Jakarta, pada Kamis, 15 September 2017.

Menurutnya, langkah itu akan membuat tekanan internasional akan dihapus dengan segera dan militer Myanmar akan memperoleh pembelaan.

"Saya memohon kepada Anda, untuk tidak melakukan ini. Jika kalian ingin membantu kami, dorong terus pemerintah Anda untuk melakukan sesuatu untuk Rohingya. Anda juga dapat menggalang dana dan mendistribusikannya kepada Rohingya," ujar Kyaw Win.

"Jika kalian ingin membantu kami, Anda harus mengetahui caranya," imbuh dia.

Kyaw Win juga meminta agar Indonesia mau membuka pintu sekolah bagi anak-anak dan pemuda Rohingya. Pasalnya, di sana mereka menghadapi kesenjangan pendidikan.

"Pendidikan akan memberikan kita kekuatan yang hebat, pengetahuan, dan pemahaman. Kami sangat-sangat membutuhkan bantuan ini," ujar dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya