Wikileaks: Afganistan Kecewa Terhadap Militer Inggris

Dokumen Diplomatik AS terbaru yang dibocorkan Wikileaks berisi kekecewaan dan kritik terhadap kekuatan militer Inggris di Afganistan yang dinilai kalah dari pasukan AS dari tahun 2007-2009, demikian yang dilansir BBC, Jumat (3/12).

oleh Liputan6 diperbarui 03 Des 2010, 10:37 WIB
Diterbitkan 03 Des 2010, 10:37 WIB
100901dwikileaks.jpg
Liputan6.com, London: Dokumen Diplomatik AS terbaru yang dibocorkan Wikileaks berisi kekecewaan dan kritik terhadap kekuatan militer Inggris di Afganistan yang dinilai kalah dari pasukan AS dari tahun 2007-2009, demikian yang dilansir BBC, Jumat (3/12).

Dokumen itu juga mengatakan AS dan Afganistan kecewa dengan kinerja pasukan Inggris yang gagal mengamankan Provinsi Helmand. Kritik pedas terhadap militer Inggris tersebut tercantum dalam kawat diplomatik yang dibocorkan Wikileaks dan dimuat oleh harian Inggris The Guardian.

Jenderal AS yang membawahi pasukan NATO pada 2007, Dan MacNeil, dikutip mengatakan tentara Inggris mengacaukan strategi umum pasukan koalisi di Helmand. Ia juga mengatakan sangat terkejut dengan upaya pasukan Inggris yang dilaporkan mengacaukan dengan taktik pengamanan yang salah.

Dalam pertemuan antara Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan Senator John McCain pada Desember 2008, Presiden Karzai mengatakan pihaknya lega karena marinir AS dikirim untuk membantu misi pasukan Inggris di Helmand.

Kawat diplomatik yang dikirim dari kedutaan AS tertanggal akhir tahun 2008 menyebutkan bahwa AS dan Presiden Karzai memiliki pandangan yang sama bahwa pasukan Inggris tidak mampu mengamankan Helmand tanpa dukungan pasukan AS. Pesan diplomatik lain dari menteri luar negeri Afghanistan menyebutkan kemampuan tempur pasukan Inggris tidak sebanding dengan pasukan AS. Menanggapi bocoran Wikileaks ini, juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pasukan Inggris menjalankan tugas dengan baik.

"Pasukan kami bisa mengatasi tantangan di lapangan, mampu meningkatkan keamanan, dan selalu siap menghadapi kelompok perlawanan," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris. (BBC/JAY/ARI)


Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya