Ancam Ledakkan Pesawat Inggris, Wanita Ditangkap Polisi

Seluruh penumpang maskapai pesawat Inggris, British Airways, dievakuasi dari jet tersebut menyusul ancaman bom oleh seorang wanita.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 18 Sep 2017, 10:06 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2017, 10:06 WIB
Penumpang dievakuasi dari British Airways di Charles de Gaulle airport, Paris. (AP)
Penumpang dievakuasi dari British Airways di Charles de Gaulle airport, Paris. (AP)

Liputan6.com, Paris - Seorang wanita ditangkap polisi karena mengklaim penerbangan British Airways dari Charles de Gaulle airport, di Paris akan meledak. Ancaman ledakan itu dilontarkan setelah dia ditolak masuk ke jet tersebut.

"Pesawat penerbangan tersebut kemudian dikelilingi oleh polisi dan layanan darurat di landasan Bandara Charles de Gaulle Paris, setelah klaim palsu yang dituduhkan pada Minggu 17 September 2017 pagi waktu setempat," demikian dilaporkan 9 News seperti dikutip dari News.com.au, Senin (19/9/2017).

Akibat ancaman itu, seluruh penumpang pesawat terpaksa dievakuasi dari dalam jet. Mereka kemudian mengunggah status di media sosial untuk memberi kabar terbaru mengenai perkembangan situasi tersebut.

Menurut keterangan seorang sumber dekat penyelidikan kasus tersebut kepada 9 News, wanita tak dikenal yang diperkirakan berusia 50-an itu ditolak masuk ke pesawat karena dia tidak memiliki tiket valid. 

Sekitar 10 menit sebelum penerbangan dijadwalkan lepas landas, ancaman pesawat akan meledak dilontarkan wanita itu.

Seorang penumpang, James Anderson, mengatakan "ancaman langsung" ditujukan terhadap bandara tersebut.

"Penerbangan British Airways BA0303 saat ini berada di landasan pacu di Paris karena menerima ancaman keamanan, dikelilingi oleh polisi dan kendaraan pemadam kebakaran," tulis James Anderson melalui Twitter.

"Rupanya seorang individu telah melakukan ancaman langsung terhadap pesawat. Kita semua akan dievakuasi dari pesawat terbang dan barang bawaan diperiksa...".

Juru bicara British Airways mengonfirmasi langkah evakuasi tersebut, dengan mengatakan bahwa hal itu untuk "alasan keamanan". Mereka mengatakan keamanan pelanggan dan kru selalu menjadi prioritas utama.

"Pemeriksaan keamanan tambahan sedang dilakukan sebagai tindakan pencegahan. Kami tidak akan pernah mengoperasikan penerbangan kecuali sudah aman," jelas pihak British Airways.

Airbus A320 kemudian digeledah oleh polisi bersenjata, sebelum diizinkan berangkat ke Bandara Heathrow, London.

Peringatan keamanan terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Inggris setelah rencana pengeboman gagal di sebuah kereta api bawah tanah London di Parsons Green pada Jumat, 15 September. Pemimpin intelijen menaikkan tingkat ancaman menjadi "kritis" yang berarti bahwa serangan kedua bisa terjadi segera.

Ancaman untuk Pesawat Australia

Sebelumnya, otoritas Australia dilaporkan berhasil membongkar dan menggagalkan plot teror terhadap pesawat pada Sabtu, 29 Juli 2017. Sejumlah pengamanan dan penjagaan di sejumlah bandara tampak sangat diperketat.

Alhasil, terjadi sejumlah antrean penumpang yang tak wajar akibat mekanisme pemeriksaan barang dan body-check ekstra kepada para penumpang yang dilakukan oleh petugas keamanan bandara pada Minggu, 30 Juli 2017.

Sebagai latar belakang, aparat penegak hukum Negeri Kanguru mengklaim berhasil mengungkap plot teror yang direncanakan akan menyasar sebuah pesawat. Selain itu, aparat juga telah menangkap empat pelaku pada Sabtu, 29 Juli 2017 sebagai bagian dari rangkaian untuk membongkar dan menggagalkan plot tersebut.

Empat pria yang diduga sebagai dalang plot telah diamankan kepolisian untuk proses penyelidikan. Seperti yang dilansir dari ABC, mereka ditangkap dalam sebuah operasi penyerbuan kontra-terorisme di lokasi yang terpisah di Sydney, antara lain Surry Hills, Lakemba, Wiley Park, dan Punchbowl.

Namun, aparat penegak hukum belum menjatuhkan tuduhan apa pun kepada mereka.

Otoritas juga tidak menjelaskan secara detail mengenai keterangan lokasi dan waktu plot teror itu.

Dugaan sementara kepolisian setempat, plot dan motif para pelaku terilhami aksi terorisme berbasis ekstremisme - radikalisme agama. Namun, belum jelas apakah rencana tersebut memiliki afiliasi dengan grup teroris yang lebih spesifik.

Selain itu, otoritas juga menduga bahwa para pelaku berencana untuk menyelundupkan dan meledakkan "alat peledak improvisasi" dalam sebuah pesawat.

Saat ini, menurut Perdana Menteri Turnbull, otoritas setempat telah mengambil langkah yang dianggap perlu untuk menjamin dan meningkatkan keamanan, khususnya di bandara besar. Salah satunya Sydney dan Adelaide International Airport.

Penumpang juga diimbau untuk datang 120-180 menit lebih awal dari jadwal keberangkatan. Menurut otoritas bandara, jeda itu ditujukan untuk mengantisipasi proses pemeriksaan barang dan body-check ekstra yang akan memakan waktu yang cukup lama.

"Mengingat penambahan mekanisme pengamanan ekstra, para penumpang diharapkan untuk datang 2 jam lebih awal untuk penerbangan domestik dan 3 jam lebih awal untuk penerbangan internasional," demikian keterangan resmi dari maskapai Qantas dan Jetstar.

"Penumpang juga diimbau untuk membatasi barang bawaan dan bagasi, agar proses pemeriksaan dapat lebih efisien," kata keterangan tersebut.

Tak hanya itu, menurut laporan ABC News, terjadi peningkatan jumlah presensi petugas keamanan di bandara. Selain itu, terjadi pula sejumlah penundaan penerbangan yang tak biasa di bandara Sydney.

"Ancaman teroris di Australia masih di antara 'mungkin' hingga 'pasti terjadi'," kata PM Turnbull menjelaskan situasi ancaman teror yang tengah dihadapi oleh Negeri Kanguru saat ini.

Hingga saat ini, aparat penegak hukum setempat masih mendalami dan menyelidiki plot teror pesawat tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya