Rusia Serukan Dialog Perdamaian sebagai Solusi Krisis Rohingya

Dubes Rusia untuk Indonesia mengatakan bahwa upaya dialog perlu dilakukan agar perdamaian tercipta di Rohingya.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 27 Sep 2017, 14:31 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2017, 14:31 WIB
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin saat acara pers breafing di kediamannya (Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty)

Liputan6.com, Jakarta - Keprihatinan akan krisis kemanusiaan yang dialami warga Rohingya terus mendapat sorotan dan perhatian dunia, salah satunya pemerintah Rusia.

Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin mengatakan, atas nama warga Rusia ia mengaku prihatin dengan kondisi yang menimpa muslim Rohingya.

Ada beberapa hal yang digarisbawahi oleh Dubes Galuzin seputar krisis tersebut. Salah satunya adalah upaya dialog agar terciptanya perdamaian.

"Kami menyarankan upaya dialog sebagai solusi utama terciptanya perdamaian di tanah Rakhine, Myanmar," ujar Galuzin kepada awak media di kediamannya pada Rabu (27/9/2017) pagi.

"Kami juga menyarankan agar akses kemanusiaan ke Rakhine terus dibuka dan pemerintah Myanmar terus bekerja sama dengan Palang Merah Internasional agar bisa menolong para korban,” tambahnya.

Beberapa waktu lalu, Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, menyalahkan teroris atas konflik yang terjadi di negaranya. Suu Kyi menyebut teroris berperan dalam terbentuknya informasi yang salah mengenai kekerasan yang terjadi terhadap etnis Rohingya.

Menurut laporan, sekitar 400.000 warga Rohingya melarikan diri dari gelombang kekerasan di Rakhine. Negara tetangganya, Bangladesh, menjadi tujuan mereka.

Gelombang kekerasan itu terjadi pada Agustus lalu. Kala itu kelompok teroris diduga sebagai pelaku utama penyerangan pos polisi yang menewaskan hampir 100 orang. Akibatnya, kekerasan kembali terjadi di wilayah tempat tinggal para etnis Rohingya di Rakhine -- sebelumnya terjadi pada Oktober 2016.

Pemerintah Myanmar menyebut, lebih dari 400 orang tewas dalam bentrokan yang terjadi antara kelompok teror dan militer di Rakhine.

Myanmar pun menolak menyebut operasi militer di Rakhine sebagai "pembersihan etnis", seperti yang dituduh sejumlah pihak. Pihaknya hanya menegaskan bahwa operasi di Rakhine semata untuk memburu kelompok teror tersebut.

Myanmar mengatakan, kelompok tersebut sebagai dalang utama terjadinya eksodus warga Rakhine ke Bangladesh. Hingga kini, para pengungsi Rohingya masih mengungsi ke perbatasan Bangladesh, tepatnya wilayah Cox’s Bazar.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya