Liputan6.com, Washington, DC - Sakitnya sejumlah diplomat Amerika Serikat di Kuba hingga kini masih menjadi hal misterius. Ada dugaan, 22 perwakilan AS itu menderita akibatnya serangan sonik.
Berawal dari suara yang menggelegar di telinga, para diplomat itu mulai kehilangan pendengaran dan mengalami masalah berbicara.
Baca Juga
Kecurigaan awal adalah serangan sonik dilakukan oleh Kuba. Namun, hingga 15 September 2017, pemerintah AS bungkam, tak memberikan konfirmasi apa pun.
Advertisement
Meski demikian, mengutip Huffingtonpost pada Selasa (17/10/2017), Presiden AS, Donald Trump, tanpa tedeng aling-aling menuding bahwa Kuba adalah dalang di balik serangan sonik terhadap para diplomat AS di Havana.
"Saya percaya bahwa Kuba bertanggung jawab, mereka dalang dari serangan ini," kata Trump kepada reporter dalam sebuah konferensi pers tak terencana di Rose Garden, Gedung Putih.
"Saya percaya itu. Ini serangan yang sangat tak biasa, seperti yang sudah kalian ketahui. Dan saya percaya, Kuba bertanggung jawab," lanjutnya.
Sebelum pernyataan tanpa teks Donald Trump dikeluarkan, pemerintah AS secara formal tidak menuduh bahwa Kuba yang mendalangi serangan itu. Namun, Kementerian Luar Negeri AS mengatakan, Havana seharusnya bertanggung jawab atas keamanan personel diplomatik AS, dan mereka dianggap gagal dalam hal ini.
Penyakit misterius yang dialami para diplomat AS itu berawal dari suara seperti dering di telinga mereka.
Serangan itu disebut datang pada malam hari. Beberapa korban melaporkan bahwa mereka mendengar ledakan yang berlangsung sebentar.
Namun yang lain tidak mendengar apa-apa, tidak merasakan apa-apa. Kemudian, gejalanya datang.
Korban terus berjatuhan dan terakhir dokter mengonfirmasi dua kasus lainnya, sehingga total korban dari Amerika menjadi 22.
Beberapa korban memiliki cedera otak traumatik ringan, yang dikenal sebagai gegar otak, dan lainnya mengalami gangguan pendengaran permanen.
Sejumlah laporan mengatakan ada pelancong dari AS ke Kuba mengalami hal yang sama.
Serangan ini juga dirasakan oleh diplomat Kanada. Setidaknya, 10 staf kedutaan Kanada mendapat gejala yang sama, termasuk dilaporkan mereka mengalami mimisan.
Â
Â
Benarkah Serangan Sonik?
Seorang ahli saraf senior mengeluarkan sebuah hipotesis atas penyebab munculnya penyakit misterius yang diderita diplomat Amerika Serikat di Kuba -- beberapa di antara mereka mengalami trauma otak ringan, kehilangan kemampuan mendengar, hingga pusing dan mual.
Neurolog tersebut, Mark Hallet mengatakan bahwa munculnya penyakit itu disebabkan karena histeria massa, bukan akibat serangan sonik yang selama ini diduga menjadi penyebabnya.
"Dari sudut pandang objektif, ini lebih seperti histeria massa dibanding hal lainnya," ujar Hallet yang merupakan kepada bagian kontrol motorik manusia dari National Institute of Neurological Disorders and Stroke AS.
Dikutip dari The Guardian, Jumat 13 Oktober lalu, histeria massa adalah istilah populer adanya 'wabah' di antara sekelompok orang yang sebagian atau seluruhnya merupakan hal psikosomatis -- pikiran memengaruhi tubuh hingga penyakit dapat muncul atau makin parah.
Hallet mengatakan bahwa penyakit tersebut lebih mudah memengaruhi kelompok orang yang lebih kecil, seringkali keluarga. Namun, ia menambahkan bahwa kelompok yang lebih besar dapat terpengaruh terutama saat mereka bekerja dalam lingkungan yang tegang.
"Ada sejumlah besar individu yang memiliki keluhan yang relatif samar sejauh yang saya lihat. Telah ada eksplorasi kemungkinan penyebab hal ini, dan gagasan soal serangan sonik relatif tak masuk akal," ujar Hallet.
"Jika ini adalah histeria massa, maka semua misteri akan terpecahkan -- dan mungkin akan menormalkan hubungan AS-Kuba lagi."
"Mereka (diplomat AS) berada di lingkungan yang sama dan berada dalam situasi yang agak cemas dan situasi itu lah yang memicu hal semacam ini. Kecemasan bisa menjadi salah satu faktor penting," jelas Hallet.
Banyak ahli akustik mengatakan, sangat tidak mungkin bahwa gejala yang dilaporkan diplomat AS di Kuba disebabkan oleh senjata sonik.
Sementara itu teori lain menyebut, gangguan kesehatan itu disebabkan oleh operasi pengintaian yang salah. Tapi hal tersebut juga mengundang sikap skeptis oleh para ahli dan didukung dengan kurangnya bukti.
Advertisement