Aksi Umat Muslim di Negara-Negara Asia Protes Keputusan Trump

Sejumlah demonstran di Indonesia, Malaysia, Bangladesh, dan Kashmir, melakukan aksi unjuk rasa menentang keputusan Trump soal Yerusalem.

oleh Afra Augesti diperbarui 08 Des 2017, 22:35 WIB
Diterbitkan 08 Des 2017, 22:35 WIB
Jelang Kunjungan, Demo Anti-Trump Berakhir Ricuh di Manila
Pengunjuk rasa membakar poster Presiden AS, Donald Trump saat menggelar aksi di dekat Kedutaan Besar AS di Manila, Filipina (11/11). Mereka menolak kedatangan Presiden AS yang dijadwalkan tiba di Manila besok. (AP Photo/Aaron Favila)

Liputan6.com, Jakarta - Aksi unjuk rasa ramai terjadi di berbagai belahan dunia. Mereka melakukan aksi itu sebagai bentuk protes terhadap keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Di Asia, terutama negara berpenduduk mayoritas Muslim, juga ramai aksi protes. Kedutaan Besar AS dikepung, digeruduk ramai-ramai, hingga membakar foto Presiden AS.

Para demonstran menyuarakan kegelisahannya dan penolakannya atas keputusan Trump. Penjagaan di seluruh Kedubes AS pun diperketat.

Para pemimpin di Indonesia dan Malaysia, termasuk Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Najib bin Tun Haji Abdul Razak, turut menyampaikan keberatannya atas pengakuan Trump.

Di Malaysia, pendemo berkumpul di depan Kedubes AS di Kuala Lumpur pada hari Jumat, meneriakkan slogan anti-AS, dan membakar patung Trump.

PM Malaysia Najib Razak, pada hari Kamis meminta umat Islam di seluruh dunia untuk menentang pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Di Indonesia, ratusan pendemo berkumpul di dekat Kedubes AS di Jakarta, ibu kota negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia.

"Kami ada di sini atas nama keadilan dan kemanusiaan. Kami berkumpul untuk membela saudara dan saudari Palestina kami," seru seorang pemimpin demonstrasi di Jakarta, seperti dikutip dari News.com.au, Jumat (8/12/2017).

Menyikapi situasi yang belum kondusif, Kedubes AS di Jakarta menghentikan sementara layanan publiknya pada hari itu juga.

Di Bangladesh, sekitar 3.000 orang berkumpul di depan masjid utama Dhaka untuk melakukan aksi damai.

Di Kashmir -- yang pemerintahannya dijalankan India -- sekelompok kecil masyarakat berdemo di Srinagar, ibu kota wilayah yang mayoritas penduduknya Muslim.

"Kami mengutuk keputusan Trump yang idiot," kata sebuah plakat yang menempel pada patung Trump.

 

 

Palestina Matikan Lampu Natal

Warga Palestina mematikan lampu-lampu Natal di sekitar tempat kelahiran Yesus di Bethlehem, Rabu 6 Desember 2017 malam waktu setempat. 

Sebuah pohon Natal berhias lampu ditempatkan di luar Gereja Kelahiran atau Church of Nativity, di Bethlehem. Tempat ini diyakini umat Kristiani sebagai tempat kelahiran Kristus.

Akan tetapi, otoritas setempat meminta agar lampu-lampu cantik itu tidak dinyalakan. Mereka melakukan ini sebagai bentuk protes atas keputusan Presiden Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Pohon Natal dimatikan atas perintah Wali Kota sebagai protes atas keputusan Trump," kata Fady Ghattas, pejabat media pemerintah Kota Bethlehem. Ia tak tahu kapan lampu-lampu hiasan itu akan dinyalakan lagi.

Selain di Bethlehem, aksi serupa juga dilakukan di Ramallah. Satu pohon natal raksasa di Ramallah, yang diletakkan di sebelah makam mantan pemimpin Palestina Yasser Arafat, tak mengeluarkan pendar lampu hias.

Dalam pidatonya di Washington DC, Trump telah memutuskan untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan akan memindahkan kedutaan besar AS ke kota suci itu.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji langkah Trump yang dianggap telah menandai babak baru konflik Israel-Palestina. Ia menambahkan, keputusan Trump adalah keputusan bersejarah.

Masyarakat Arab dan Muslim di seluruh Timur Tengah mengutuk keputusan AS. Mereka menganggap keputusan Trump akan semakin memanaskan kawasan yang tidak stabil itu. Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga sudah memberikan peringatan tentang dampak yang mungkin muncul setelahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya