Dengan Robot, Ilmuwan Australia Temukan 12 Juta Karang Jamur Laut

Para peneliti Australia menemukan apa yang mereka yakini sebagai spesies karang jamur bawah laut dengan menggunakan robot penyelam.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Des 2017, 06:54 WIB
Diterbitkan 13 Des 2017, 06:54 WIB
Karang jamur bawah laut yang ditemukan peneliti Australia
Para peneliti Australia menemukan karang jamur bawah laut dengan menggunakan robot penyelam. (CSIRO)

Liputan6.com, Canberra - Para peneliti telah menemukan apa yang mereka yakini sebagai komunitas spesies karang jamur bawah laut terbesar. Dengan menggunakan robot bawah laut, penemuan itu terjadi di Taman Laut Ningaloo, di lepas pantai Australia Barat.

Ilmuwan dari lembaga penelitian Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), Russ Babcock, mengatakan bahwa meski karang jamur itu dilaporkan tumbuh di sejumlah area lain termasuk Great Barrier Reef, Australia, kumpulan karang jamur di Ningaloo itu tampaknya merupakan komunitas terbesar dari spesiesnya.

"Panjangnya lebih dari 2,5 km dan lebarnya 100 meter dan kami memperkirakan, ada sebanyak 12 juta karang kecil ini yang hidup berdampingan di jajaran terumbu," jelas Babcock seperti dikutip dari ABC Australia Plus, Rabu (13/12/2017).

Karang itu tumbuh sekitar 40 meter di bawah permukaan laut dan hidup tak menempel. Mereka menglonsumsi sinar Matahari dan plankton.

Meski tak semenarik karang yang biasa ditemukan di Terumbu Ningaloo, Australia, spesies tersebut memainkan peran penting dalam keberlangsungan hidup seluruh sistem.

"Mereka begitu penting untuk memproduksi makanan dam ekosistem yang bisa membuat hewan lain hidup dan untuk menstabilkan dasar laut," ujar Dr Babcock.

"Mereka mungkin sedikit terseret atau terbalik (air laut) tapi mereka bisa membalikkan tubuh mereka sendiri dengan menggelembung seperti balon dan melanjutkan kehidupan seperti biasa," imbuh dia.

 

Penemuan oleh Robot

Spesies tersebut ditemukan berkat sebuah robot bernama Starbug.

Para ilmuwan mengatakan, robot itu turun ke kedalaman yang dianggap sulit bagi para penyelam. Di sana, mereka mengumpulkan data dan gambar.

"Sebelumnya, kami tak punya gambar spesies tersebut dengan kualitas bagus dan kini kami punya beberapa gambar hebat yang memberi tahu kami secara tepat apa titik kecoklatan ini," ujar Babcock.

Staf teknis senior CSIRO, Karl Forcey, mengatakan, robot senilai 125.000 dolar Australia atau setara Rp 1,25 miliar itu telah mentransformasi penelitian bawah laut.

"Ini sangat menarik, Starbug benar-benar canggih," sebut Babcock.

Ia mengatakan, robot itu bisa menjangkau kedalaman maksimal 100 meter.

"Ia akan menyelam di bawah air ke kedalaman yang anda inginkan, ia akan memgambil foto sejumlah hal yang Anda perintahkan dan melakukannya sendiri jadi kami tak harus menerjunkan penyelam ke dalam air," terangnya.

Awalnya robot Starbug adalah prototipe, namun kini ia bekerja di luar perkiraan. Dua robot lainnya tengah dikembangkan di CSIRO.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya