Liputan6.com, Melbourne - Sejak Allie Pyke menambahkan nangka ke menu makanan vegan di restorannya di Australia, ia bersama staffnya harus meyakinkan para pelanggan restoran bahwa yang mereka makan bukanlah daging sama sekali.
Nangka, buah tropis dengan pohon berbuah terbesar di dunia, adalah bahan utama burger Hawaii yang disajikan di restoran milik Allie, The Alley di Melbourne.
Baca Juga
Sama seperti di sejumlah kafe-kafe dan restoran di Australia, di The Alley nangka dibuat sedemikian rupa untuk terlihat dan terasa seperti daging babi.
Advertisement
"Ada seorang perempuan yang datang beberapa hari lalu yang makan dengan lahapnya," ujar Allie seperti dikutip dari Australian Plus, Rabu (3/1/2018).
"Saat sedang makan burger Hawaii-nya, ia datang ke kasir dan berkata, 'sepertinya ada daging di burger saya, dan saya adalah vegan'," kata perempuan itu kepada karyawan kami.
"Kasir kemudian harus meyakinkannya bahwa tidak ada daging di burgernya. Perempuan tersebut tercengang karena burger itu vegan," lanjut Allie.
Buah dengan Tekstur Daging
Allie mengatakan bukan rasa nangka yang membuat orang-orang tertipu, tetapi teksturnya.
"Saya rasa kebanyakan dari apa yang kita makan adalah soal saus dan perasa," katanya.
"Saat kita menumis nangka dengan beberapa tomat, kemudian membuat saus barbecue, ditambah bawang, maka akan menciptakan rasa smoky dengan tekstur seperti daging, menjadikan makanan gurih, padahal itu nangka."
Rasa Seperti Permen Karet
Alison Salleras dan suaminya, Peter, telah menanam pohon nangka di kebun miliknya, Fruit Forest Farm, sebelah utara kawasan Tully, Queensland. Mereka sudah mengirimkan produknya ke pasar-pasar di Sydney dan Melbourne selama 15 tahun.
Alison mengatakan tidak seperti nangka mentah, nangka yang matang memiliki citra rasa yang khas.
"Rasanya seperti permen karet Juicy Fruit," katanya.
"Kami diberitahu oleh pengunjung yang datang ke peternakan kami dan ia pernah bekerja untuk Wrigleys, perusahaan permen karet. Katanya rasa asli permen karet Juicy Fruit berasal dari nangka. Apa itu benar atau tidak, saya tidak tahu."
Ia tidak terkejut saat nangka hijau menjadi alternatif daging.
"Saya membuat kari dari nangka hijau, lebih mirip ayam daripada daging babi. Tapi jika kita mensuwirnya, saya bisa bayangkan seperti daging babi suwir," katanya.
"Dengan kari yang saya buat, kupas kulit nangka dan menggunakan seluruh daging buahnya. Sangat lezat rasanya seperti ayam."
Selama musim panen nangka dari bulan November sampai Maret, keluarga Salleras mengirimkan 300 sampai 500 kilogram nangka segar dalam sepekan ke pasar-pasar di negara-negara bagian di kawasan selatan Australia.
Pasar Nangka Australia Terbatas tapi Berkembang
Produksi nangka Australia terkonsentrasi di sekitar Darwin dan Queensland yang memiliki iklim tropis.
Menurut badan penelitian AgriFutures Australia, di tahun 2011-2012 produksi nangka mencapai sekitar 742 ton dengan perkiraan nilai sekitar 2,6 juta dolar Australia, atau Rp 26 miliar, dengan permintaan buah nangka yang terus meningkat.
Sementara itu, sebuah proyek penelitian Northern Territory sedang berupaya untuk meningkatkan hasil panen petani lokal.
Alison Salleras dari Fruit Forest Farm, mengatakan pasar untuk nangka masih sangat terbatas dan relatif kecil. Sebagian besar pelanggan yang membeli nangka di pasar ritel adalah konsumen asal Asia, yang secara tradisional menyantap nangka segar dalam berbagai hidangan manis dan gurih.
Tapi mungkin keadaan ini mulai berubah, dengan konsumen yang lebih luas seiring meningkatnya sajian nangka yang ditemukan di menu-menu restoran.
Karena begitu populernya, nangka ditemukan di kafe-kafe hipster dan restoran vegan.
Saat pertama kali Alison memasukan nangka ke menunya, dia diberi tahu pemasoknya jika nangka menjadi jarang karena popularitasnya makin meningkat.
Tren Nangka untuk Vegan dari AS
Seperti kebanyakan tren makanan di Australia, kepopuleran nangka berasal dari luar negeri.
Tahun lalu, Wall Street Journal mengidentifikasi nangka sebagai alternatif daging dalam tren makanannya.
Alison menjelaskan tren pengganti daging seperti nangka, juga tren makan dari bahan nabati akan tetap ada, menunjukkan kepedulian pada kesehatan dan lingkungan akan terus mendorong konsumen untuk mencari produk alternatif.
"Makanan berbasis nabati dulunya dikonsumsi para yogi (orang-orang yang melakukan yoga) dan mereka yang tinggal di komune. Saya rasa tren yang berkembang sekarang makanan nabati menjadi makanan sehat bagi orang-orang," ujar Allie Pyke dari The Alley.
Saat kafe miliknya mencoba membuat sajian cepat saji dalam versi sehat, Alison memprediksi nangka akan tampil di menu-menu dalam bentuk yang berbeda.
"Saya rasa The Alley akan menyajikan nangka goreng di masa depan."
Advertisement