5 Ilmuwan Paling 'Gila' dalam Sejarah Ilmu Pengetahuan

Meskipun disebut gila, hasil temuan 5 ilmuwan ini dapat dirasakan dampaknya hingga era modern.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 21 Jan 2018, 19:21 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2018, 19:21 WIB
5 Eksperimen Paling Gila dan Mengerikan yang Dilakukan Manusia
Ilustrasi eksperimen (pixabay.com)

Liputan6.com, Jakarta - Ilmuwan gila ternyata tidak hanya ada di kisah-kisah fiksi, melainkan juga di kehidupan nyata. Atas dasar ilmu pengetahuan, beberapa ilmuwan berani menabrak norma dan aturan yang berlaku demi tercapainya impian tentang riset tertentu.

 

Dilansir dari laman Cracked.com, pada Minggu (21/1/2018) tidak semua ilmuwan gila benar-benar melakukan hal gila yang merugikan orang lain. Beberapa di antaranya sengaja bekerja di luar batas norma demi menemukan hal-hal ternyata bermanfaat di kehidupan modern saat ini.

Berikut adalah lima ilmuwan 'gila' yang paling diingat dalam sejarah ilmu pengetahuan.

 

Harry Harlow – Penyiksa Monyet

Eksperimen hewan (2)
Eksperimen terkait teori keterikatan dalam psikologi oleh Harry Harlow. (Sumber Alchetron)

Ia dikenal sebagai salah psikolog kenamaan Amerika Serikat (AS) yang beberapa karyanya dianggap sangat penting bagi perkembangan ilmu psikologi modern. Salah satu temuannya yang paling diingat adalah penjelasan ilmiah tentang ikatan batin antara ibu dan anak.

Menggunakan monyet sebagai medium penelitian, Harlow kerap melakukan beberapa eksperimen keji untuk mencari tahu apakah ikatan batin ibu dan anak dapat dirusak atau tidak. Ia pernah mengurung bayi monyet yang baru lahir hingga satu tahun lamanya di sebuah kadang kecil. Ia merawat bayi monyet itu tanpa pernah mepertemukannya dengan sang induk.

Hasil penelitiannya cukup mengejutkan, bahwa ikatan batin antara induk dan ‘tahanan’ bayi monyet tersebut tetap ada, meski tidak pernah bertemu sejak dilahirkan. Dengan sendirinya, induk dan anaknya yang terpisah itu menyadari hubungan darah di antara keduanya.

Jack Parsons – Ilmuwan Roket Gaib

Jack Parsons, ilmuwan roket yang menyukai hal-hal gaib - AFP
Jack Parsons, ilmuwan roket yang menyukai hal-hal gaib - AFP

Parsons memiliki rekam jejak yang baik di ranah ilmu pengetahuan, khususnya dalam pengembangan teknologi roket. Ia merupakan ilmuwan yang sangat aktif di Institut Teknologi California, dan juga merupakan salah satu pendiri Propulsion Laboratory yang terus aktif meneliti teknologi roket hingga kini.

Hal yang membuatnya dianggap gila adalah keyakinannya terhadap berbagai hal gaib, seperti merajah tubuhnya dengan pola gambar aneh dan kebiasaan bereksperimen di ruangan yang diterangi oleh deretan lilin warna hitam, yang ia sebut mampu meningkatkan konsentrasi.

Ia juga diketahui merupakann penganut paham Thalema yang sangat meyakini eksistensi dewa-dewa di banyak legenda peradaban kuno. Bahkan, ia kerap melontarkan mantra-mantra yang diikuti oleh teriakan menyebut nama dewa Yunani kuno sebelum meluncurkan roket hasil penelitiannya.

Sydney Gottlieb – Penguasa Racun

Ilmuwan Sydney Gottlieb berbincang dengan Presiden Eisenhower - AP
Ilmuwan Sydney Gottlieb berbincang dengan Presiden Eisenhower - AP

Julukan sebagai penguasa racun sepertinya tidak berlebihan disematkan pada Sydney Gottlieb. Pasalnya, ia merupakan salah satu otak dari sekian banyak skandal penggunaan racun yang dilakukan oleh CIA di era perang dingin.

Sebagai contoh, ia diketahui mencetuskan ide untuk mengolesi bagian dalam sepatu mantan Pemimpin Kuba, Fidel Castro, dengan racun thallium yang mampu merontokkan rambut di hampir seluruh tubuh. Selain itu, Gottlieb juga diduga kuat pernah mengajukan ide untuk menghabisi Castro melalui cerutu beracun, pakaian renang beracun, dan pulpen beracun.

Konon, racun racikan Gottlieb sempat hampir membunuh mendiang diktator Irak, Saddam Hussein, dengan menggunakan racun pelumpuh syaraf yang dibuat dalam versi bubuk, cairan, dan bahkan gas.

Giovanni Aldini – Pembangkit Mayat

Ilustrasi tentang eksperimen Giovanni Aldini dalam membangkitkan mayat - AP
Ilustrasi tentang eksperimen Giovanni Aldini dalam membangkitkan mayat - AP

Teknologi pemacu detak jantung yang lazim digunakan oleh dunia medis saat ini ternyata berawal dari sejarah panjang yang cukup mengerikan. Adalah Giovanni Aldini, seorang fisikawan Abad ke-19 asal Italia yang dikenal terobsesi membangkitkan jasad yang telah mati, baik manusia maupun hewan. Ia meragukan konsep Gereja Katolik yang menyebut kematian adalah takdir, dan justru menganggapnya sebagai hal yang bisa dicegah, atau setidaknya ditunda waktunya.

Salah satu yang paling diingat adalah eksperimen yang dilakukannya pada tahun 1803 silam di kota Wina, Austria. Ia diberi kuasa untuk menjadikan mayat seorang kriminal sebagai medium penelitiannya. Disaksikan oleh puluhan orang, ia berhasil membuat banyak bagian tubuh mayat tersebut bergerak dengan bantuan hentakan dari arus listrik.

Oleh banyak saksi saat itu, eksperimen Aldini disebut sangat meyakinkan, meskipun secara definisi ilmiah modern, hal itu disebut sebagai bentuk keterkejutan syaraf yang masih mungkin terjadi pada jasad yang belum sepenuhnya membusuk.

Menariknya, Kerajaan Austria kala itu kagum atas berbagai eksperimen gila yang dilakukan oleh Aldini, dan memberikannya penghargaan berupa gelar 'Ksatria Naga yang Membawa Cahaya Terang'.

Robert J. White – Spesialis Transplantasi Otak

Potret Dr. Robert J. White, ahli spesialis transplantasi otak - AP
Potret Dr. Robert J. White, ahli spesialis transplantasi otak - AP

Dr. Robert J. White merupakan seorang ahli bedah berkebangsaan Amerika Serikat yang sangat terkenal dalam isu transplantasi otak. Ia juga dikenal sebagai penemu teknik pendinginan spiral cord yang kini digunakan di banyak proses bedah oleh para institusi medis dunia.

Di tahun 1962, ia mengeluarkan otak anjing dari tempurung kepalanya, dan berhasil membuatnya tetap hidup selama beberapa jam sebelum dikembalikan ke tempat semula, dan tidak memberi efek samping yang berarti pada anjing percobaannya. Namun, kesuksesan itu sejatinya tidak begitu saja terjadi, melainkan telah melalui puluhan uji coba, yang berarti menandakan ia telah membunuh banyak anjing demi kepentingan penelitiannya.

Di era 1970-an, ia berhasil memindahkan otak dari dua monyet yang berbeda, dan membuatnya hidup normal beberapa bulan, sebelum terpaksa menyuntik mati karena munculnya indikasi komplikasi. Meski tidak sepenuhnya berhasil, eksperimen tersebut justru menjadi dasar dalam perkembangan ilmu mutasi dan transplantasi syaraf di era modern.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya